Blog Al Imam

  • Home
  • Kumpulan Makalah
  • 404
Home » Kumpulan Makalah » BAHAYA PLASTIK BAGI KEHIDUPAN

BAHAYA PLASTIK BAGI KEHIDUPAN




Bab 1
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini kehidupan manusia tidak dapat lepas dari penggunaan plastik. Plastik selalu diikutsertakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk tempat makanan, minuman, peralatan rumah tangga dan masih banyak lagi. Plastik sering digunakan karena bahannya besifat ringan, tidak mudah pecah, murah dan sangat mudah didapatkan. Tetapi tahukah Anda bila ada jenis-jenis plastik  yang memberikan dampak negatif bagi kehidupan kita?
Sampai sekarang masih banyak orang yang tidak menyadari bahaya yang akan ditimbulkan akibat penggunaan plastik bagi mereka sendiri dan terhadap lingkungan sekitar.
Secara umum plastik tersusun dari polimer, yaitu semacam rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk kedalam tubuh manusia dan bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah kedalam makanan dan selanjutnya berpindah ketubuh orang yang menkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk kedalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar baik melalui urin maupun feses (kotoran).
Berdasarkan hal diatas, maka penulis akan mengulas mengenai “Bahaya Plastik bagi kehiduapan”.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah penemuan plastik?
1.      Apa yang dimaksud dengan plastik?
2.      Apa saja macam-macam plastik?
3.      Bagaimana dampak plastik bagi kesehatan dan lingkungan?
4.      Bagaimana upaya pencegahanya?

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini, antara lain:
  1. Mengetahui arti sebenarnya plastik
  2. Mengetahui macam-mcam plastik dengan tingkat bahayanya
  3. Senantiasa dapat membedakan macam-macam plastik, mulai dari yang aman sampai berbahaya.
  4. Mengetahui upaya penanggulangannya

1.4.Manfaat Penulisan
Adapun, manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah yang benulis susun ini adalah untuk memberikan pengetahuan ataupun penginformasian mengenai plastik, terutama yang menyangkut bahayanya bagi kehidupan manusia (lingkungan dan kesehatan). Dengan itu, diharapkan adanya sedikit kesadaran dari masyarakat untuk menurunkan penggunaan plastik ini, dan lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan alami.

1.5.Metode Penelitian
Metode penulisan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan dua cara. Pertama menggunakan cara observasi langsung, yakni dengan peninjauan tempat-tempat sampah dengan memperhatikan bagaimana cara masyarakat membuang sampah-sampah rumah tangga mereka serta efeknya bagi lingkungan. Yang kedua observasi tidak langsung, yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber terkait plastik, baik melalui sumber buku maupun internet.

1.6.Sistematika Penulisan
  1. Kata Pengantar
  2. Daftar Isi
  3. Bab 1
  4. Bab 2
  5. Bab 3
  6. Bab 4
  7. Daftar Pusaka











Bab 2
Kajian Teori

2.1. Pengertian Plastik
Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi (suhu peralihan kacanya diatas suhu ruang). Plastik merupakan polimer bercabang atau linier yang dapat dilelehkan diatas panas penggunaannya. Plastik dapat dicetak dan dicetak ulang sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan yang dibutuhkan dengan menggunakan proses injection molding dan ekstrusi.
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alam yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka “malleable”, memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menolerans panas, keras, “reliency” dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.
Plastik dapat juga menuju ke setiap barang yang memiliki karakter yang deformasi atau gagal karena shear stress.
Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum dengan melihat tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}), polyethylene, acrylic, silicone, urethane, dll.). Klasifikasi lainnya juga umum.
Plastik adalah polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau "monomer". Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer). Pengesetan ini oleh grup "pendant" telah membuat plastik menjadi bagian tak terpisahkan di kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer tersebut.
Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

2.2. Sejarah Perkembangan Plastik
                          Leo Hendrik Baekland  adalah seorang ahli kimia asal belgia ingin membuat produk alternativ yang dapat membantu instalasi alat elektronik sampai akhirnya mengantarkan namanya menemukan material yang bernama plastik. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs2SBewwR2V5U8yzHBLFaCjq3pWMeM4mXASgtjwqhy24oX8atA3cfQbE2Ukt8epafshHyVsCrnMTmKygeQsogF6CrU_nv7PTH2_lse63Lewg9MALhy-rPR_5399yw2Myg_WKTjnV2x1iM/s1600/Baekeland-Leo-Hendrik5.jpg
                                 Pada tahun 1907 sebagian besar instalasi alat elektronik masih menggunakan shellac yang saat itu merupakan barang impor yang sangat mahal di dunia barat. Shellac berasal dari sejenis kumbang di Asia Tenggara, shellac merupakan bioadeshif polimer alami dan merupakan bentuk alami dari plastik shellac dapat berubah bentuk ketika di campur dengan tepung kayu dan ditempa dengan metode panas dan tekanan, shellac juga dapat diklasifikasikan sebagai termoplastik. Pada tahun 1909 Baekeland membuat sintetis yang di namakan baekelite, ini merupakan polimer sintetis buatan yang pertama, yang  merupakan campuran dari phenol dan formaldehyde. Reaksi kondensasi antara ke dua monomer itu memungkinkan formaldehyde untuk mengikat phenol menjadi polimer tiga dimensi. Kemudian Baekelite dapat dibentuk ketika panas dan kemudian menjadi solid dan menjadi plastik yang keras yang dapat di gunakan untuk gagang telfon, perlengkapan mobil, mebel, bahkan perhiasan eksperimen baekeland ini menghasilkan material yang mudah di bentuk, tetapi dapat bertahan pada suhu temperatur tinggi.
                        Sebelum membuat baekelite, Leo Hendrik Baekeland membuat phenol-formaldehyde shellac yang di beri nama novolac, tetapi hasil tersebut tidak sukses di pasaran kemudian ia beralih untuk mengembangkan pembatas untuk asbestos yang pada waktu itu masih di bentuk menggunakan karet, dengan melakukan pengontrolan suhu dan tekanan pada phenol dan formaldehyde.
Ia menemukan plastik sintetis pada tahun1905 kemudian ia umumkan penemuan nya pada pertemun American Chemical Society tahun 1909. Baekeland berfikir penemuan "baekelit " nya mungkin dapat digunakan untuk perekam phonograf tetapi ternyata banyak sekali kegunaan nya benda tersebut saat ini di beri nama plastik yang di gunakan oleh hampir semua alat elektronik.
2.3. Jenis-jenis Plastik
Secara internasional telah diatur kode untuk kemasan plastik yang sangat perlu untuk diketahui, karena tanda tersebut berkaitan dengan jenis bahan serta cara dan dampak pemanfaatannya bagi manusia. Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam segitiga akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga, dengan contoh dan penjelasan sebagai berikut:
1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGH0gavQESjivX05NVKI8vxkyjhk0TSNg2T_Y3KdyCX57xLVx5enyrcYn5ays6pUD_fUP6Y2679NYAUCQrEDhi-3mk0POCy3uHkSrTpw2B-9EWvldsPF02iYzVANZJ9nwoCRDDmbiELTA/s1600/Kode-Plastik-Aman-01.jpg
Jenis ini biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan seperti botol air mineral, botol jus, dan sejenisnya. Botol jenis ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai dan jangan digunakan untuk air hangat apalagi panas. Jika botolnya sudah baret-baret dan sudah lama tidak dianjurkan untuk dipakai lagi, sebaiknya dibuang saja.
2. HDPE (high density polyethylene)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-5qOYEgu6t-7MrECf9V4DROsTplCTj_FUqsN2q5a9MRytWoxVrfBcovlOMUM9tf4Ug2YZ1h7uX2E2JUSfOoy8uGNmeY2R6tUGUjTp6oalZtkVMJBrnTY8vzBowu3WutAv96Pc610fDHw/s1600/plastic-recycling-symbols-2-lg.jpg
Botol yang mengandung plastik jenis ini warnanya putih susu, dan biasa digunakan untuk botol susu. Sama seperti botol jenis PET, botol ini juga yidak disarankan untuk penggunaan yang berulang-ulang alias sekali pakai.
3.      V atau PVC (polyvinyl chloride)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtJHNUiscZGIUwCaOcyoF4R1EDio1XrOC29bIs5cpkyk3pFUC0R1Ifu4ygCGDxz9creWeaB9kqNxzTIUPvGDg4TiW0EkMC9IGGyrCMhhJD5VLTv4fFOsWuWmYKApFBTF-XmLXUkKz97Zc/s1600/Kode-Plastik-Aman-03.jpg
Ini jenis plastik yang paling sulit didaur ulang, biasanya terdapat pada plastik pembungkus (wrap) dan beberapa jenis botol.  Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan (jadi jangan sekali-kali memanaskan makanan yang tertutup plastik wrap). PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
4. LDPE (low density polyethylene)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOCY83I2Wj5fr7oMkNdcmTIIEMhyphenhyphenRT-d_l6rK55xbqZjqB5373it2eF5rzbyvQX8TE0T4kDaSqHz9s3rAZHv1MQc5I3YpBzlXKSMZQm4OcDIhe0yz42Mg4p38mgAAeJ9I-BMTfAhxL-yQ/s1600/kode-plastik-no-4.jpg
Plastik jenis ini Biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek, dapat didaur ulang dan baik untuk dijadikan barang yang memerlukan fleksibilitas tapi kuat. Jenis ini tidak dapat dihanncurkan tapi aman untuk menyimpan makana (food grade).
5. PP (polypropylene)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOg677z03wA8WzzMAyFuOYVMQqnadjHqlhGOMz8HjPmWBOzFoIPOH9rGK8sPHiII1KhyphenhyphenTfC72VzzkP7vjf4YOrnE2Sqqn3EjJvVnQ7nUSX3sk3BQaN1R1LLHmImaSgOuSPFpFcMYeNmbQ/s1600/plastic-5pp_main.jpg
Jenis plastik ini adalah yang terbaik jika digunakan untuuk menyimpan makanan, terutama untuk botol minuman atau botol susu bayi (bening/transparan). Disarankan untuk mencari simbol ini bila membeli barang-barang plastik untuk makanan.
6. PS (polystyrene)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx73gVz6MMxB_Y_te9iKL3jPbKN64YpIU3desIT_eX5fgBspvZ7mAP592Hzb_qQhPbywOc1NQDFE6Oshc1DkRomYePXNPTmivObSJg7S4OE_hl0y3ZeAYUE8SwQDBfre0vyT_g61_9S1E/s1600/plastic-6ps_main.jpg
Jenis plastik ini biasanya sebagai bahan dasar dari  styrofoam, tempat minum sekali pakai dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan kita. Tempat makan styrofoam menghasilkan polusi saat diproduksi, menjadi sumber sampah karena penggunaannya hanya sekali pakai, tidak dapat mengurai dengan tanah, dan mengeluarkan gas beracun bila dibakar.
7. Other (biasanya polycarbonate)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHzgL9WEzJFQgaF5FJPkjcHeX9BS_v8GGPsN2v8FDKkBF00Ogbb2Rew45uapcnNJD_C2fslatwVHbgA4WbXsV0HQbfpIZI9VJkJfYkpaXy-Akp15UGb5Zs9PuSp2It3qo-G_kiwCI5-UY/s1600/plastic-recycling-symbols-7-lg.jpg
Jenis plastik ini biasanya ada  di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.










Bab 3
Bahaya Plastik bagi Kehidupan
Serta  Cara Penanggulangannya

3.1. Bahaya Plastik bagi Kehidupan
Bahaya plastik bagi kesehatan sangat besar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat lepas dari kebutuhan yang berbahan dasar plasik. Tapi sadarkah kita bahwa, bahaya yang ditimbulkan dari bahan plastik berdampak besar bagi kesehatan?
3.1.1.      Zat Kimia Berbahaya dalam Plastik
1.      Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama kanker hati.
2.      Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker. Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.
3.      Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati (liver) pada hewan.
4.      Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin, bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.
3.1.2.      Zat Aditif Berbahaya dalam Plastik
Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:
1.      Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).
2.      Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.
3.      Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam plastik yang bersifat karsinogenik (Winarno, 1994).
4.      Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu sistem endokrin (Anonimous, 2009).
5.      Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC) merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan memperbesar resiko pada kehamilan (Anonimous, 2008).
6.      Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil (PCB) yang ditambahkan sebagai bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai satic agent dan ikut menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas sangat dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati (Anonimous, 2009).
7.      Ancaman lain kemasan plastik adalah pigmen warna pada kantong plastik kresek yang bisa bermigrasi ke dalam makanan. Pada kantong plastik yang berwarna-warni sering tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. Begitu juga dengan plastikyang tidak berwarna, perlu diwaspadai penggunaanya. Semakin jernih, bening dan bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia (Koswara, 2006).
3.2.         Cara Penanggulangan Plastik yang Sudah tidak digunakan (Sampah)
3.2.1.         Macam-macam Sampah
·         Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara alamiah/ biologis. Misalnya adalah sisa makanan.
·         Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut. Misalnya adalah plastik dan Styrofoam.
·         Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan berbahaya dan beracun. Misalnya adalah bahan kimia beracun.
3.2.2.         Cara Penanggulangan
Dengan jumlah plastik yang semakin besar penggunaannya saat ini, mejadikan tingkat persentase sampah plastic juga  meningkat. Hal ini akan mengakibatkan lingkungan menjadi tidak sehat yang selanjutnya akan mengancam lingkungan dan kesehatan kita.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yakni menggunakan prinsip 4R, yakni :
·                     Replace (mengganti)
Ganti dengan barang ramah lingkungan, maksudnya barang yang kita pakai sehari-hari yang hanya bisa dipakai sekali diganti dengan barang lebih tahan lama dan ramah lingkungan. Contohnya, mengganti kantong kresek dengan keranjang yang terbuat dari rotan untuk berbelanja, dan jangan menggunakan Styrofoam karena bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
·                     Reduce (mengurangi)
Kita harus mengurangi penggunaan plastik. Untuk melakukan hal itu, kita dapat mengunakan cara-cara berikut :
a.       Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik pembungkus barang belanja.
b.      Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru setiap kali habis.
c.       Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama.
·                     Re-Use (memakai kembali)
Gunakan sampah yang masih bisa dipakai, kita dapat melakukannya dengan cara-cara berikut:
a.       Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah
b.      Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus
c.       Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya.

·                     Recycle (daur ulang)
Daur ulang sampah merupakan cara yang paling populer, karena dengan melakukan hal ini akan ada timbal balik secara ekonomis. Misalnya dengan membuat kerajinan dari sampah plastik, berupa tas, sandal, aksesoris dan lain sebagainya, yang nantinya akan dijual oleh pengrajin.
3.3.      Kembali ke Alam
3.3.1.      Mengganti Plastik dengan Daun Pisang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXpL7QEUR0Z5ZK6P75rlhPOzk_8yoLxAsFzlnoOgYl3371kkIGaJFbveUryaFwKEPjwyTGOn-jsCNGsxfuoSVi8lEGewOdel_DNYR15AP_P89f3pFzzgIuPdN8JqnvNPYLjlWPbKA3vWs/s1600/tempe.jpg

Dewasa ini kemasan makanan menjadi perbincangan yang sangat penting dan perlu diperhatikan sebagai bagian dari makanan yang akan kita konsumsi.  Mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa kemasan makanan hanya sekedar  sebagai pelindung  makanan, padahal  fungsi lain dari pembungkus makanan ini juga untuk melindungi makan dari kerusakan fisik, kimia, biologis maupun mekanis. Selain itu industri makanan yang berkembang akhir-akhir ini, menuntut para produsen untuk berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dari penampilan luar atau kemasan makanan yang didesain semenarik mungkin tanpa memperhatikan keselamatan dari para konsumen.
Pembungkus makanan yang saat ini tengah berkembang biasanya terbuat dari plastik. Sejak tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Plastik digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan alat-alat elektronik. Pada tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini. Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes  pada tahun 1862 di sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris.
Saat ini plastik menjadi bagian kemasan makanan yang sudah terjamah  modernisasi,  bagaimana dengan daun pisang?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4w_LtF7jeSBTfemie0MEuphA0nyP0VJfXzIsF8rv7Rd6Rlcye-7MvG8qbQnk7-vONUP4dFCv2PirLGUcGA0_Ty2To1a9jsFftLP4pmGkqO-j3MNMOuLad8IVSa_OnzceYw7AybwmX2nQ/s1600/lemper1.jpg
Daun pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar yang sama seperti pada daun teh, berbentuk EGCG, sehingga menghasilkan aroma khas ketika menjadi bahan pelengkap makanan. Daun Pisang memiliki bentuk daun yang besar dan panjang sehinggga biasanya dipakai untuk meletakkan makanan di atasnya. Daun pisang pun ternyata memiliki manfaat yang cukup baik. Selain digunakan sebagai pembungkus makanan, daunnya ternyata bisa digunakan untuk pengobatan kulit yang terbakar.
Jika kita pergi ke pasar  tradisional untuk membeli tempe, tanpa kita sadari kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu ada tempe yang dibungkus dengan plastik atau tempe yang dibungkus hijaunya daun pisang.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lainnya yang menggunakan beberapa jenis kapang rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Dalam sebuah penelitian meyebutkan bahwa tempe yang dibungkus rapat dengan plastik akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan tempe yang dibungkus oleh daun pisang. Mengapa hal ini bisa terjadi? Lalu beberapa orang juga berpendapat tempe yang dibungkus daun pisang akan terasa lebih enak dibandingkan dengan tempe yang dibungkus plastik.
Molekul kecil pada kemasan plastik yang digunakan untuk membungkus tempe atau bahan makanan lainnya dikhawatirkan akan melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas, hal inilah yang dapat menyebabkan cepatnya pembusukan tempe. Apalagi jika plastik diolah dari bahan yang berbahaya, hal ini dapat mengakibatkan bahan kimia bercampur dengan tempe dan akan menghambat pertumbuhan kapang. Tahukah kamu bahwa kapang tempe yang digunakan bersifat aerob obligat, artinya membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu jika tempe dibungkus dengan plastik yang rapat dikhawatirkan proses fermentasi akan terhambat dan kualiatas kapang yang dihasilkan akan mempengaruhi kulaitas tempe juga. Ingat kapang tempe  sangat membutuhkan udara!  Selain itu, plastik tidak mempunyai rongga karena partikel-partikelnya padat, sementara itu daun pisang memiliki rongga yang tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara berjalan lancar yang berguna bagi tempe ketika menguap.
Sementara itu daun pisang  merupakan bahan organik yang memiliki sifat kontaminan alami yang ada pada daunnya. Macam bakteri yang sering ada pada permukaan daun adalah Bacillus cereus, B.Subtilis, Lacotbacillus acidophilus sp., Staphylococcus aureus, S.epidermidis, pseudomonas sp.,Corynebacteriumsp.,Micrococcus sp. Kapang yang sering ada adalah Mucor mucedo, Aspergillus niger, A.flavus, penicilium expansum,Rhizopus stolonifer (Supardi dan Sukamto, 1999). Sejak dulu daun pisang digunakan oleh masyarakat jawa sebagai pembungkus makanan terutama tempe, hal ini disebabkan karena membungkus tempe dengan daun pisang sama halnya dengan menyimpan tempe dalam ruang gelap dimana hal itu adalah salah satu syarat ruang fermentasi. Walaupun dibungkus kelebihan lainnya daun pisang masih bisa melakukan sirkulasi udara karena rongga-rongga udaranya. Ini dia yang menambah  kelebihan  tempe jika dibungkus dengan daun pisang, kandungan polifenol yang terdapat pada daun pisang sama dengan daun teh yang dapat menjadi antioxidant. Antioxidant polifenol dapat mengurangi resiko penyakit jantung, pembuluh darah dan kanker. Aroma dari tempe pun akan lebih harum dan tak berbau tengik karena ada kandungan polifenol ini. Kandungan polifenol juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri streptococcus dan akan lebih memaksimalkan proses fermentasi pada tempe karena kapang tumbuh dengan baik.
Pengemasan bahan pangan memegang peranan penting dalam pengendalian dari kontaminasi mikroorganisme terhadap produk bahan pangan. Apabila tercemar oleh mikroorganisme dan disimpan dalam kondisi yang memungkinkan bagi aktivitas metabolisme dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan dan membahayakan kesehatan konsumen (Supardi dan Sukamto, 1999).
Cita rasa tempe kedelai ditentukan oleh jenis kedelainya dan ditentukan juga oleh jenis pembungkus yang digunakan selama fermentasi. Selama ini yang kita ketahui ada dua jenis pembungkus tempe, yaitu plastik dan daun pisang. Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat, ringan, tidak karatan serta dapat diberi warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Daun pisang memiliki kelebihan pembungkus alami yang tidak mengandung bahan kimia, mudah ditemukan, mudah di lipat dan memberi aroma sedap.













Bab 4
Penutup

4.1. Kesimpulan
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui setiap hari. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran). Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari material plastik dan bahan kimia penyusunnya. Kita harus bijak dalam menggunakan plastik, khususnya plastik dengan kode 1, 3, 6, dan 7 (khususnya polycarbonate). yang seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Ini tidak berarti bahwa plastik dengan kode yang lain secara utuh aman, namun perlu dipelajari lebih jauh lagi. Maka, jika kita harus menggunakan plastik, akan lebih aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (kecuali polycarbonate) bila memungkinkan.
4.2. Saran
1.      Lebih cermat dalam memilih macam macam bahan plastik, bila memungkinkan pilihlah plastik yang meyantumkan kode 2, 4, 5, dan 7.
2.      Mengganti peralatan rumah tangga yang menggunakan plastik, dengan stainless steel .
3.       Tidak menggunakan plastik untuk wadah makanan atau minuman.
4.      Menggunakan daun pisang sebagai pembungkus.












DAFTAR PUSTAKA
Achilias, D. S., C. Roupakias., P. Megalokonomos., A.A. Lappas., dan E.V. Antonakou. 2007. Chemical Recycling of Plastic Wastes Made from Polyethylene (LDPE and HDPE) and Polypropylene (PP). Journal of Hazardous Material. Greece.
 Andriati, S. C. 2008. Eco-briquette dari Komposit Sampah Plastik Polistirena (PS) dan Sampah Lignoselulosa Sebagai Alternatif Energi.Journal of Hazardous Material.Greece.
Mustafa, N. 1993. Plastics Waste Management : Disposal, Recyling and Reuse. Marcell Dekker Inc. New York.

Mycock, J. C., Mc.Kenna, J. D., dan Theodore, L. 1995. Air Pollution Control Engineering and Technology. Lewis Publisher. USA.
Nevers, Noel de. 2000. Air Pollution Control Engineering. 2nd edition. McGraw-Hill. Singapore.
Rias, Y. A., Fijriah, F., dan Hidayatin T. 2008. Potensi Bonggol Pisang dan Limbah Cangkang Udang sebagai Bahan Baku Plastik sebaga Kemasan Ramah Lingkungan. Karya Tulis Ilmiah Lingkungan Hidup. Surabaya.
Sasse, H, R., Lehmkamper, O., dan Kwasny-Echterhagen R. 1995. Polymer granulates for masonry mortars and outdoor plaster. Di dalam: Ohama Y, editor. Disposal and Recycling of Organic and Polymeric Construction Materials. Proceeding of the International RILEM Workshop. Chapman & Hall. Tokyo: 26-28 Maret, hal 75-85.
Setiawan, E. 2005. Studi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah di PT SIER. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS, Surabaya.
Paulrud, S., dan Nilsson, C. 2001. Briquetting and Combustion of Spring-harvested Reed Canary-grass: Effect of Fuel Composition. Jurnal of Biomass ang Bioenergy, 20, hal 25-35.

Assegaf, S. 2009.Prospek Produksi Biotenal Pisang (Musa paradisiacal) Menggunakan Metode Asam dan Enzimatis. Karya Tulis Ilmiah Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni, Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Budhi, A. S. 2003. Pembuatan Briket Arang dari Faeces Sapi dan Tempurung Kelapa Sebagai Alternatif Sumber Energi. Tugas Akhir S1, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS. Surabaya.

Campbell, Paul D.Q. 1996. Plastic Component Design. First edition. Industrial Press Inc. New York.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2005. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025.

Gusmawarni, S. R., Budhi, M. S. P., Sediawan, W. B., dan Hidayat, M. (2009). Pengaruh Perbandingan Berat Solid dan Waktu Reaksi Terhadap Glukosa Terbentuk pada Hidrolisis Bonggol Pisang untuk Pembuatan Bioetanol. Proceding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Bandung. 19-20 Oktober.


BAHAYA PLASTIK BAGI KEHIDUPAN , Pada: 04:03



Share to

Facebook Google+ Twitter

Related with BAHAYA PLASTIK BAGI KEHIDUPAN :

Tags: #Kumpulan Makalah Posted by Anonymous at 04:03

0 comments :

Post a Comment

« Next Prev »
  • Beranda

Labels

  • KUMPULAN LAPORAN PPL
  • Kumpulan Makalah
  • kumpulan proposal
  • Kumpulan Proposal Skripsi
Copyright © 2016 Blog Al Imam All Rights Reserved | Sonic SEO Template