BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor industri memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap
penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya jumlah penduduk sekaligus akan menambah
jumlah tenaga kerja di daerah industri sehingga mendorong terciptanya berbagai
aktifitas ekonomi dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian
untuk memenuhi kebutuhan itu, maka lahirlah bermacam-macam usaha industri yang
menghasilkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat dengan satu tujuan
yaitu dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung program
pembangunan daerah.
Dalam meningkatkan industri maka yang perlu dikembangkan adalah industri
yang digunakan masyarakat banyak yang bisa menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin
seperti industri kecil. Kita menyadari bahwa sektor usaha kecil memiliki
peranan yang penting dalam menjawab tantangan-tantangan pembangunan yaitu
perluasan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang terus bertambah
jumlahnya, peningkatan penghasilan masyarakat secara lebih merata dan
peningkatan ekspor. Oleh sebab itu kita harus memelihara komitmen yang besar
terhadap upaya peningkatan sektor usaha kecil.
Jenis-jenis industri yang dapat digarap di daerah perdesaan meliputi
industri makanan dan minuman, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit,
industri kayu dan barang non kayu, industri mineral bukan logam (kecuali minyak
bumi dan batu bara) dan industri logam (Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad,
1987: 65).
Industri kecil dan industri rumah tangga adalah suatu bentuk perekonomian
rakyat di Indonesia, apabila dikembangkan akan mampu memecahkan masalah-masalah
dasar pembangunan di Indonesia. Industri ini juga mampu untuk membantu
tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional. Industri kecil berperan dalam menciptakan
suatu proses industrialisasi di Indonesia yang berkesinambungan.
Industrialisasi yang berkesinambungan adalah suatu proses industrialisasi yang
tidak menciptakan ketergantungan industri-industri yang tercipta oleh proses
itu terhadap pasar luar negeri (Gembong Tjitrosoepomo dkk, 1991: 35).
Industri rumah tangga di perdesaan yang memberikan andil dalam menciptakan
lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan rumah tangga salahsatunya adalah
industri rumah tangga batu bata. Industri rumah tangga batu bata merupakan
industri rumah tangga yang memanfaatkan bahan baku berupa tanah dan diolah
dengan proses pengolahan yang sederhana.
Kemunculan usaha industri ini ibarat jamur di musim penghujan. Tumbuh dan
bahkan berkembang biak di Desa Nanggerang Kuningan karena dari waktu kewaktu
jumlah usahanya terus bertambah secara signifikan sejalan dengan perkembangan
pembangunan. Pembuatan batu bata yang diawali dari merancah lumpur, mencetak,
melangsir dan mengeringkan sampai pada tahap pembakaran akan menyerap tenaga
kerja karena jenis industri ini merupakan usaha padat karya. Selain itu juga
akan menimbulkan usaha sampingan lain berupa pengangkutan dan perdagangan.
Kehadiran usaha industri batu bata ini sudah ada sejak lama sebagai salah
satu jenis usaha masyarakat yang dilakukan perorangan atau keluarga, disamping
usaha-usaha lain seperti pertanian. Ketinggian permukaan tanah dari permukaan
laut dengan kondisi tanah yang cukup potensial yang mendorong masyarakat
mengusahakan pembangunan industri batu bata ini.
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PERANAN INDUSTRI BATU BATA TERHADAP
KEMISKINAN DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti menentukan rumusan masalah
penelitiannya sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak
negatif aktivitas industri batu bata terhadap keadaan lingkungan ?
2. Bagaimana usaha
konservasi tanah bekas galian bahan baku batu bata yang dilakukan oleh petani
pengusaha batu bata ?
3. Bagaimana peranan
pendapatan industri batu bata terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga petani
pengusaha batu bata ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Dampak negatif
aktivitas industri batu bata terhadap keadaan lingkungan.
2. Usaha konservasi
tanah bekas galian bahan baku batu bata yang dilakukan oleh petani pengusaha
batu bata.
3. Peranan pendapatan
industri batu bata terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga petani pengusaha
batu bata.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :
1. Bagi penulis
menambah wawasan berfikir tentang peluang usaha dan peranannya terhadap tingkat
kemisikinan.
2. Sebagai acuan para
petani pengusaha batu bata untuk bahan telaah bagi usaha yang telah dilakukan.
3. Sebagai bahan
masukan kepada pembaca dan peneliti lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Kajian Industri
a. Definisi Industri
Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang
Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun
dan perekayasaan industri.1
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia,
perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan
kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu
bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri
mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
bertanggungjawab atas usaha tersebut.
b. Klasifikasi Industri
Menurut
UU No.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, jenis industri adalah bagian suatu
cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan/atau hasilnya bersifat
akhir dalam proses produksi.2
Klasifikasi
Industri menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan menjadi empat
menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu:
1)
Industri rumah
tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1-4 orang. Ciri
industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah
tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
2 Ibid.
2) Industri kecil,
yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
3) Industri sedang,
yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri
industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki
keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial
tertentu.
4) Industri besar,
yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri
besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan.
Berdasarkan penggolongan industri menurut BPS
maka industri batu bata termasuk kedalam golongan industri rumah tangga
karena pada umumnya jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari
empat orang dan masih menggunakan proses sederhana dalam produksinya.
2. Kajian
Industri batu Bata
a. Pengertian Industri Batu Bata
Industri batu bata merupakan industri yang
memanfaatkan tanah sebagai bahan baku utama. Dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan industri batu bata yaitu suatu proses produksi yang di dalamnya terdapat
perubahan bentuk dari benda yang berupa tanah liat menjadi bentuk lain (batu
bata), sehingga lebih berdaya guna.3 Industri rumah tangga batu bata
sebagai industri rumah tangga mempunyai ciri-ciri yaitu: 1) modal kecil, 2)
usaha dimiliki pribadi, 3) menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana,
4) jumlah tenaga kerja relatif sedikit. Sedangkan sifat industri rumah tangga
batu bata adalah bersifat tidak berbadan hukum.
3 Hadiat, 1996. Alam Sekitar Kita
Jilid 2. Jakarta : PT Ciptawidya Suara. Hlm 78
b. Proses Pembuatan Batu Bata Tradisional
Industri batu bata secara tradisional adalah
suatu jenis kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga yang seluruh
proses pembuatannya masih dilakukan secara manual. Dalam pembuatan batu bata
terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut:’
1) Penggalian bahan mentah
Kegiatan
penggalian tanah dilakukan pada kedalaman tertentu yaitu 1 sampai 2 meter,
karena apabila dalamnya lebih dari 1 meter kualitas tanah kurang baik untuk
pembuatan batu bata disebabkan oleh kandungan air yang cukup banyak sehingga
berpengaruh terhadap hasil pembuatan batu bata.
2) Persiapan pengolahan bahan
Menyiapkan
bahan untuk pembentukan batu bata yang dimaksud dengan penyiapan bahan ini
adalah penghancuran tanah, pembersihan kotoran, kemudian pencampuran dengan air
sehingga bahan menjadi cukup lunak untuk dibentuk batu bata.
3) Membuat adonan
Adonan
batu bata dibuat dengan cara mencampurkan tanah liat dengan air dan campuran
lain seperti abu sisa pembakaran, adonan ini kemudian diinjak-injak menggunakan
kaki untuk mendapatkan hasil adonan yang baik.
4) Mencetak
Setelah
adonan jadi, kemudian adonan di cetak kotak-kotak persegi panjang dengan
cetakan batu bata yang terbuat dari kayu berukuran 6cm × 10cm × 20cm.
5) Proses pengeringan batu bata
Cara
pengeringan adalah dengan menjemur batu bata di tempat terbuka, waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah 5-6 hari tergantung cuacanya.
6) Proses pembakaran batu bata
Pada
proses ini batu bata yang sudah kering dan tersusun rapi sudah siap untuk
dibakar, akan tetapi pembakaran batu bata tergantung dari keinginan perajin dan
kondisi keuangan perajin. Biasanya dalam satu bulan proses pembakaran yang
dilakukan satu kali. Dalam proses pembakaran batu bata ini disediakan tempat
khusus atau dibuatkan rumah-rumahan yang disebut brak. Proses pembakaran
menggunakan sekam bakar atau berambut.
7) Pemilihan/seleksi batu bata
Tumpukan
batu bata yang sudah dibakar dibiarkan selama kurang lebih satu minggu agar
panasnya berangsur-angsur turun. Setelah dingin tumpukan batu bata tersebut
dibongkar dan diseleksi untuk kemudian di jual.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Industri Batu Bata
1) Bahan Baku
Menurut UU No.5 Tahun 1984
Tentang Perindustrian, bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau
tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri.
Batu bata dibuat dari bahan dasar lempung atau tanah liat ditambah dengan bahan
penolong berupa air dan sekam (berambut). Lempung adalah tanah hasil pelapukan
batuan keras, seperti: basalt (batuan dasar), andesit, dan granit (batu besi).
Bahan baku tambahan yang digunakan dalam pembuatan batu bata adalah air. Air
digunakan untuk membantu proses pengolahan bahan mentah dan proses pencetakan.
2) Bahan Bakar
Pembangkit tenaga diperlukan
untuk menjalankan mesin dan peralatan produksi yang berada di dalam industri
tertentu. Terjaminnya kelangsungan sumber tenaga ini berarti terjaminnya
pelaksanaan kegiatan produksi dalam industri yang bersangkutan (Daljoeni, 1992:
59). Proses pembakaran batu bata menggunakan bahan bakar berupa sekam bakar
atau kayu bakar untuk membakar batu bata yang sudah dicetak dan dikeringkan.
Biasanya pembakaran dilakukan dalam sebuah tempat yang sudah disediakan, atau brak.
3)
Tenaga Kerja
Menurut UU No.13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi
sehingga dalam kegiatan industri diperlukan sejumlah tenaga kerja yang
mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pada Industri kecil dan Industri rumah tangga seperti pada industri
batu bata, biasanya tenaga kerjanya terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga
kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga.
4) Modal
Modal merupakan faktor yang
sangat penting dalam kelancaran suatu produksi industri. Modal usaha dapat
diperoleh dengan dua cara, yaitu modal sendiri dan modal luar. Modal sendiri
adalah modal yang dimaksudkan oleh partisipasi pemilik, yang seterusnya akan
dioperasikan selama usaha tersebut masih berjalan. Sedangkan modal luar adalah
modal yang diperoleh dari pinjaman-pinjaman yang akan dioperasikan selama waktu
tertentu, karena harus dikembalikan dengan disertai bunga (Murti Sumarni dan
John Soeprihanto, 1993: 273). Modal dalam industri batu bata dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a) Modal tetap dalam
industri batu bata berupa peralatan yang dipakai untuk proses pembuatan batu
bata, seperti cangkul, alat pencetak dan tempat untuk proses pembakaran (brak).
b) Modal operasional
dalam proses produksi batu bata adalah modal yang digunakan untuk membeli
kebutuhan yang berkaitan dengan usaha industri batu bata, seperti membeli bahan
baku, membeli bahan bakar dan mengupah tenaga kerja.
5) Pemasaran
Menurut John Soeprihanto,
pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa yang memuaskan kebutuhan para pembeli (Murti Sumarni dan John
Soeprihanto, 1993: 217).
6) Transportasi
Peranan transportasi erat
kaitaannya dengan sarana untuk pengangkutan bahan mentah ketempat produksi
sekaligus sebagai alat pengangkutan dalam usaha pemasaran hasil produksi.
Dearah-daerah dengan sarana trasportasi yang baik sangat menguntungkan bagi berdirinya
suatu industri. Fasilitas transportasi merupakan hal penting bagi setiap
industri karena transportasi yang baik dan cepat akan mendukung kelancaran
proses produksi (Daljoeni, 1992: 61).4
3. Kajian Dampak Lingkungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 290), dampak adalah pengaruh
kuat yang mendatangkan akibat, baik akibat negatif maupun akibat positif.5
Usaha industri batu bata dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak
positifnya yaitu memberikan pendapatan tambahan bagi rumah tangga petani yang mengusahakan
industri batu bata, sedangkan dampak negatifnya yaitu industri batu bata dapat
merusak lingkungan terutama kualitas dan kuantitas tanah. Penggalian tanah
untuk bahan baku batu bata dapat mempengaruhi kemampuan tanah untuk membentuk
struktur tanah kembali, sehingga dapat mendorong kemerosotan sumberdaya tanah
baik kuantitas maupun kualitasnya.
5 Dendi Sugiono.2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia.hlm 290
Gejala fisik yang tampak jelas di lingkungan
industri batu bata adalah semakin tipisnya lapisan tanah, sehingga kemampuan
fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan media pengatur daur air menjadi
terbatas. Kerusakan lingkungan, terutama kerusakan tanah biasanya diatasi
dengan mengadakan konservasi lahan pada lahan yang telah rusak.
Menurut Ananto Kusuma Seta (1987:13) pada
dasarnya konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tersebut tidak cepat
rusak. Usaha konservasi tanah disamping ditujukan untuk mencegah kerusakan
tanah akibat erosi dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak, juga ditujukan untuk
menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-tindakan (perlakuan) yang
diperlukan agar tanah tersebut dapat digunakan seoptimal mungkin dalam jangka
waktu yang tidak terbatas.6
Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk
melakukan konservasi lahan, yaitu :
a. Metode Vegetatif
Metode
vegetatif dilakukan dengan cara penanaman berbagai jenis tanaman. Fungsinya
untuk melindungi tanah terhadap daya tumbukan air hujan, melindungi tanah
terhadap daya perusak aliran diatas permukaan tanah dan memperbaiki penyerapan
air oleh tanaman (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 1991: 145).
b. Metode Mekanis
Metode
mekanis adalah usaha konservasi tanah melalui pengolahan tanah yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Ananto
Kusuma Seta, 1987:146).
6 Ariesworo,
Djko dan Nana Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Grafindo
Media Pratama. Hlm 150.
c. Metode Kimiawi
Metode
kimiawi didasarkan pada pemanfaatan Soil Conditioner (bahan pemantap
tanah), baik berupa bahan alami maupun buatan untuk memperbaiki struktur
tanah (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 1991: 163).
4. Kajian Peranan Industri Batu Bata Terhadap Kemiskinan
a. Peranan Industri Batu Bata
Peranan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tindakan yang
dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa (2008: 1.050).7 Peranan
industri batu bata dalam penelitian ini diartikan sebagai andil atau kontribusi
pendapatan industri batu bata terhadap besarnya tingkat kemiskinan rumah tangga
petani pengusaha batu bata. Pendapatan industri batu bata dapat memberikan
tambahan pendapatan terhadap total pendapatan rumah tangga sehingga dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga.
b. Kemiskinan
Sajogyo
dalam Hadi Prayitno dan Lincoln Arsyad (1987:7) mengemukakan definisi kemiskinan
adalah suatu tingkatan kehidupan yang berada dibawah standar kebutuhan minimum
yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang
cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan
gizi.8
Hadi prayitno dan Lincoln Arsyad (1987: 36)
mengemukakan aspek kemiskinan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1)
Kemiskinan
multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam maka
kemiskinan pun meliputi aspek primer yang
7 Dendi Sugiono.2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia.hlm 1050.
berupa miskin akan asset-asset, organisasi
sosial dan politik dan pengetahuan serta
keterampilan, dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial,
sumber-sumber keuangan dan informasi.
Dimensi-dimensi tersebut memanifestasikan
diri dalam bentuk kekurangan gizi, air dan perumahan yang tidak sehat dan
perawatan kesehatan serta pendidikan yang kurang baik.
2) Aspek-aspek
kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal
ini berarti bahwa kemajuan dan kemunduran pada salah satu aspek dapat
mempengaruhi kemajuan atau kemunduran
pada aspek yang lainnya.
B. Kerangka Berpikir
Pendapatan
dari sektor pertanian yang rendah mendorong penduduk di daerah
perdesaan, terutama rumah tangga petani berusaha mencari sumber pendapatan
tambahan di luar sektor pertanian, salah satunya yaitu usaha industri
batu bata. Produktivitas batu bata umumnya sangat tergantung dengan
musim. Salah satu faktor dari berkembangya industri batu bata adalah pemasaran.
Keberadaan industri batu bata dapat berdampak negatif bagi lingkungan bekas
penggalian bahan baku, sehingga perlu adanya upaya konservasi yang dilakukan
oleh petani pengusaha agar lahan dapat digunakan kembali untuk kegiatan
pertanian. Pendapatan yang dihasilkan dari usaha industri batu bata dan usaha
pertanian secara bersama-sama akan memberikan sumbangan terhadap total
pendapatan rumah tangga dan akan mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga
petani pengusaha industri batu bata.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Dalam penulisan penelitian
ini, penulis melakukan penelitian disalah satu industri batu bata pada
khususnya, penelitian dilaksanakan di RT. 03, RW. 01 Desa Nanggerang Kecamatan
Jalaksana, Kabupaten Kuningan.
B.
Populasi dan Sampel
Populasi
adalah sekelompok yang lengkap. Populasi dalam penelitian ini adalah industri
batu bata. Sedangkan Sampel yaitu himpunan bagian dari populasi yang diharapkan
dapat mewakili populasi penelitian. adapun Sampel dalam penelitian ini adalah
produk dari industri batu bata RT.03, RW, 01 Desa Nanggerang.
C.
Jenis dan Sumber
Data
Dalam
penelitian ini, jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif
dimana data tersebut diperoleh berupa pernyataan atau tulisan yang dijadikan
pertimbangan dan memperoleh suatu kesimpulan untuk memperjelas pemecahan masalah berupa tanggapan responden.
Sumber data:
1. Data Primer, dimana
data tersebut diperoleh melalui hasil penelitian langsung terhadap objek yang
diteliti. Data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara dari responden.
2. Data Sekunder,
dimana data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan informasi yang
berkaitan dengan kajian yang diteliti.
D.
Metode Pengumpulan
Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Riset Kepustakaan,
dimana metode ini diperoleh dengan cara melakukan peninjauan pustaka dari
berbagai literatur karya ilmiah, majalah dan buku-buku yang menyangkut
teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas.
2. Riset Lapangan,
dimana metode ini diperoleh dengan melakukan penelitian dilokasi secara
langsung yang terdiri dari;
a) observasi, yaitu
mengadakan pengamatan secara langsung pada industri batu bata khususnya di
industri batu bata RT. 03, RW, 01 Desa Nanggerang – Kuningan.
b) wawancara, yaitu
mengambil data-data dengan mendatangi pemilik dari usaha untuk mendapat informasi yang jelas.
E. Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dari
hipotesis yang telah dikemukakann maka variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. variabel bebas,
yang dilambangkan dengan huruf X adalah faktor yang mempengaruhi vaariabel
terikat. variabel bebas dalam hal ini adalah batu bata.
2. variabel terikat,
yang dilambangkan dengan huruf Y adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, variabel terikat dalam hal ini adalah peranan industri batu bata
terhadap kemiskinan dan dampak yang ditimbulkan.
F.
Metode Analisis
Analisis data yang dilakukan
dengan cara menganalisis jawaban –jawaban yang telah diberikan responden yang
tercantum pada angket. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah teknik stalitis infresional korelasional.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya aktivitas industri batu bata
terhadap keadaan lingkungan di Desa Nanggerang ada lima, yaitu (a) menurunnya
kuantitas tanah yang menyebabkan banyak tanah sawah berlubang-lubang dengan
ketinggian yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi kemampuan tanah dalam
menyimpan air, terutama saat musim penghujan dapat menyebabkan genangan; (b)
menurunnya kualitas tanah sehingga menurunkan tingkat kesuburan tanah; (c)
rusaknya jaringan irigasi di areal persawahan; (d) polusi udara saat pembakaran
yang menyebabkan bau tidak sedap; (e) dan rusaknya jalan desa yang sering
dilalui oleh truk pengangkut batu bata. Dampak negatif yang paling banyak
dirasakan oleh petani pengusaha batu bata di daerah penelitian adalah
menurunnya kuantitas tanah.
2. Usaha konservasi pada lahan bekas industri batu bata pada umumnya belum
maksimal. Usaha konservasi yang paling banyak dilakukan adalah dengan memberi
pupuk kandang, sisanya melakukan konservasi dengan menguruk lahan, memberi
pupuk kompos dan memberi pupuk kimia. Alasan responden tidak melakukan
konservasi paling banyak disebabkan karena lahan yang mereka gunakan untuk
industri batu bata hanyalah lahan yang di sewa, alasan lain yaitu tidak ada
perjanjian dengan pemilik lahan dan tidak memiliki hewan ternak.
3. Perbedaan
produktivitas batu bata pada saat musim kemarau dan musim penghujan disebabkan
oleh perbedaan dalam lamanya proses penjemuran dan pencetakan batu bata.
Rata-rata produktivitas batu bata pada musim kemarau adalah 25.433 biji batu
bata tiap tobong (brak), sedangkan pada musim hujan rata-rata
produktivitas dalam satu tobong pembakaran (brak) adalah 18.400 biji
batu bata atau rata-rata produktivitasnya turun sebanyak 27,65 % untuk tiap
tobong pembakaran pada saat musim penghujan.
4. Peranan industri
batu bata adalah meningkatkan total pendapatan rumah tangga yang dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga petani. Tingkat kemiskinan petani
sebelum mengusahakan industri batu bata sebagian besar tergolong dalam kriteria
miskin, sedangkan setelah petani mengusahakan industri batu bata rumah tangga
petani berada di atas garis kemiskinan atau adanya peningkatan pendapatan dari
sebelumnya.
B. Saran
Sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut
:
1. Bagi pemerintah
a. Perlu dibentuk tim
penyuluhan untuk memberikan tambahan pemahaman kepada petani pengusaha batu
bata agar mereka lebih paham mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari
usaha industri batu bata serta memberikan penyuluhan mengenai cara-cara
konservasi lahan bekas industri batu bata yang efektif.
b. Perlu diadakan
pelatihan ketrampilan kewirausahaan untuk petani pengusaha batu bata agar
mereka dapat lebih kreatif dan memiliki alternatif pekerjaan lain dalam mencari
tambahan pendapatan, sehingga tidak bergantung lagi dengan usaha industri batu
bata yang dalam jangka waktu panjang dapat merusak dan mengurangi kualitas
lingkungan.
c. Perlu dibuat
kebijakan mengenai ijin usaha penambangan lahan pertanian untuk industri batu
bata agar perkembangan industri batu bata dapat dikontrol, mengingat berbagai
dampak negatif yang ditimbulkan terhadap keadaan lingkungan, terutama lahan
pertanian.
2. Bagi Petani
a. Hendaknya
senantiasa mengikuti penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan dibidang pertanian
untuk meningkatkan wawasan mengenai pentingnya menjaga kualitas tanah
pertanian.
b. Perlu adanya
kerjasama petani pengusaha batu bata dengan pihak terkait, terutama Dinas
Pertanian dan Badan Lingkungan Hidup dalam hal usaha konservasi lahan bekas
galian industri batu bata.
DAFTAR PUSTAKA
Ariesworo,
Djko dan Nana Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Grafindo
Media Pratama.
Hadiat,
1996. Alam Sekitar Kita Jilid 2. Jakarta : PT Ciptawidya Suara.
Dendi
Sugiono.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta
: PT Gramedia.