BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang
memberikan jawaban atas sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada
pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada
pendidikan, di antaranya pada pembelajaran yang merupakan implementasi dari
kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa,
serta komponen lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi
kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami
mengenai seluk beluk kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat pendekatan dan
model pengembangan kurikulum. Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada
titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum. Sedangkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat
menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum
adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang
komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang dapat mengakomodir tuntutan
dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun model kurikulum
sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer
kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara
mengkonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model
bangunan yang akan dibangun.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system
pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan dan pengelolaan
yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan
kurikulm humanistik, teknologis, dan rekonstruksi social.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan
beberapa masalah yang di antaranya sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan pengembangan
kurikulum?
2.
Apa saja macam-macam pendekatan kurikulum ?
3.
Bagaimana pengembangan kurikulum dalam pendidikan ?
C.
Tujuan Penulis
Dalam hal ini, penulis memiliki beberapa tujuan dari rumusan masalah di
atas. Tujuan tersebut diantaranya:
1.
Untuk mengetahui
maksud dari pendekatan dan
pengembangan kurikulum.
2.
Untuk mengetahui apa saja macam-macam pendekatan
kurikulum.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum
dalam pendidikan.
D.
Metode Penulis
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode yakni
telaah Pustaka. Dari pustaka tersebut, dimuat dari buku serta internet yang
telah di akses oleh penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan serta
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum
development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah
terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu
proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam
kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan
balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan
pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran
maupun kurikulum secara keseluruhan.
Metode dan material menggambarkan metode-metode dan
material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan
dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru.
Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan
pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan
kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan
mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh
hasil yang lebih baik lagi.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sedangkan pendekatan
pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak atau sudut pandang umum tentang
proses pengembangan kurikulum.
B.
Macam-macam pendekatan
Kurikulum
Ada dua jenis pendekatan kurikulum, yakni pertama
pendekatan top down atau pendekatan administrative yaitu pendekatan
dengan sistem komando dari atas ke bawah, kedua pendekatan grass root
atau pengembangan kurikulumyang diawalli oleh inisiatif dari bawah lalu
disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat
sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
a.
Pendekatan Top down
Pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para
pejabat pendidikan atau para administrator atau dari pemegang kebijakan
(pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para kepala kantor wilayah.
Selanjutnya, melalui komando akan disebarluaskan ke bawah atau disebut sebagai line
staff model. Diterapkan dalam system pendidikan sentralisasi. Prosedur
pengembangn kurikulum model ini dilakukan sebagai berikut:
1)
pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan yang
terdiri dari para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, disiplin ilmu ataupun
tokoh-tokoh dari dunia kerja. Tugasnya dalah merumuskan konsep dasar,
garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum
pendidikan.
2)
menyusun tim untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah dibentuk pada langkah pertama. Anggotanya adalah
ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari berbagai perguruan tinggi dan guru-guru
senior yang diaggap telah berpengalaman. Tugas utamanya adalah untuk
menjabarkan rumusan kebijakan menjadi lebih operasional, memilih dan
menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat
petunjuk dan cara pengevaluasian serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan
kurikulum bagi guru.
3)
penyerahan hasil perumusan dan penjabaran kepada tim
perumus untuk dikaji dan direvisi. selain itu, bisa juga melakukan uji coba dan
dievaluasi kelayakannya. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan.
4)
kurikulum diimplementasikan disetiap sekolah
berdasarkan komando dari administrator.
Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak
demokratis, Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf
hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari
bawah ke atas; Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif
dalam perubahan kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak
mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi
organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian. Kelemahan utama dari
model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang
mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem
sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru,
dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
b.
Pendekatan Grass Roots
Pada pendekatan ini kurikulum dikembangkan dari bawah
keatas, yakni guru sebagai implementator memberikan inisiatif dalam
pengembangan kurikulumnya lalu inisiatif ini dikembangkan kelingkungan yang
lebih luas. Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan bawah ke atas.
Prinsip dasar ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum, namun
dalam skala yang terbatas dapat juga digunakan untuk mengembangkan kurikulum
baru. Guru dapat berinisitif juka kurikulum yang digunakan bersifat fleksibel,
sehingga memebrikan kesempatan pada guru untuk memperbaharui dan menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberlakukan. Hal ini bisa dilakukan jika guru yang
bersangkutan bersikap professional dan memiliki kemampuan yang memadai.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyempurnaan kurikulum ini, adalah
sebagai berikut:
1)
kesadaran akan adanya masalah. Seperti, dirasa adanya
ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, kegiatan evaluasi yang tidak
tepat dan lain lain. Kesadaran inilah yang menjadi kunci dalam model pendekatan
ini.
2)
mengadakan refleksi. Setelah menyadari adanya masalah
maka yang berikutnya dilakukan adalah mencari penyebab-penyebabnya. Langkah ini
dapat dilaksanakan dengan melakukan pengkajian dari berbagai literature dan
melakukan diskusi-diskusi dengan teman sejawat dan lain lain.
3)
mengajukan hipotesis. Dari berbagai literature dan
hasil refleksi, guru memetakan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian
permasalahannya. Inilah yang disebt sebagai hipotesis atau dugaan sementara.
4)
memilih hipotesis yang memiliki kemungkinan terbesar
dalam penyelesaian masalah tersebut. Kemudian menyusun rencana penyelesaian
masala-masalah tersebut.
5)
mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya
secara terus menerus hingga masalah tersebut dapat diselesaikan.
6)
membuat laporan hasil pelaksanaan pengembangan
kurikulum melalui grass root. Langkah ini penting sebagai bahan
publikasi dan diseminasi, sehingga dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang
lain dan dapat disebar luaskan.
C.
Model-model
Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Trvaers (1973), model adalah
abstrasi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam
bentuk naratif, matematis, grafis serta lambing-lambang lainnya. Model adalah
rancangan yang dapat digunakan untuk menterjemahkan sesuatu ke dalam realitas
yang bersifat lebih praktis. Model digunakan untuk mempermudah komunikasi,
sebagai petunjuk prespektif untuk mengambil suatu keputusan atau sebagi
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model yang baik adalah yang
dapat dibaca secara menyeluruh dan radikal oleh setiap orang. Model ini
memiliki manfaat sebagai berikut:
a.dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan
interaksi manusia,
b.dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil
observasi dan penelitian,
c. dapat menyederhanakan suatu proses yang kompleks,
dan
d.dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model
yang dapat digunakan. Model-model tersebut memiliki ciri khas baik dari
keluasan pengembangannya ataupun tahapan pengembangannya. Berikut adalah
macam-macam pengembangan kurikulum:
a.
Model Tyler
Model pengembangan
menurut Tyler didasarkan pada empat hal, yakni tujuan pendidikan, pengalaman
belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan pengevaluasian.
1). Penentuan Tujuan
Tujuan adalah sasaran
akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan
pendidikan harus dapat menggamarkan perilaku akhir peserta didik setelah
mengikuti program pendidikan. Oleh karena itu, sasaran akhir ini harus
dirumuskan secara jelas untuk memudahkan proses pencapaian dan penilaian
berhasil tidaknya suatu program pendidikan.
2). Menentukan Proses Pembelajaran
(Pengalaman Belajar)
Setelah tahu apa yang
akan dituju, maka langkah selanjutnya yakni menentukan langkah apa yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pembelajaran yang seperti apa
yang dibutuhkan dan sesuai. Perumusan ini hendaknya mengacu pada siswa, jadi
proses pembelajaran disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuan yang telah
dimiliki siswa. Proses pembelajaran ini menyangkut berbagai interaksi,
interaksi antar peserta didik, interaksi dengan lingkungannya dan lain-lain.
Oleh Karena itu penentuan proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan
pendidikan, harus dapat memuaskan siswa dan harus melibatkan siswa dalam setiap
rancangan pendidikannya.Pengalaman pembelajaran yang dapat dikembangkan dapat
berupa kemampuan berfikir, pengalaman belajar yang membantu siswa mengumpulkan
informasi, mengembangkan sikap social dan mengembangkan bakatnya.
3). Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar
mencakup tahapan-tahapan belajar dan materi yang dipelajari. Pengorgainasian
berfungsi untuk memberikan penjelasan yang pasti tentang apa yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses belajar dapat dikembangkan
dengan dua jenis pengorganisasian, yakni yang pertama secara vertical.
Pengorganisasian yang menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang kajian yang
sama namun dalam tingkatan yang berbeda. Misalnya, pengorganisasian pengalama
belajar geografi pada kelas delapan dan sembilan. Jenis yang kedua, yakni
pengorganisasian horizontal, yakni pengorganisasian pengalaman belajar dalam
bidang kajian yang berbeda namun masih dalam tingkatan yang sama.
4). Evaluasi
Evaluasi adalah suatu
proses mengumpulkan data baik kualitatif maupun kuantitatif yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Dalam proses evaluasi ini,
proses-proses sebelumnya akan dikaji, sehingga dapat diketahui apakah program
tersebut telah berhasil atau belum, apakah tujuan-tujuan telah tercapai atau
belum. Inilah yang disebut sebagai fungsi sumatif. Dalam evaluasi akan dinilai
apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik atau belum.
Perbandingan anatara keadaan awal dan akhir muthlak diperlukan. Dalam proses
evaluasi ini sebaiknya digunakan lebih dari satu instrument penilaian sehingga
hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu evaluasi juga berfungsi untuk
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan evektif ata tidak. Fungsi
evaluasi ini disebut sebagai fungsi formatif.
b.
Model Taba (Inverted
Model)
Model pengembangan
kurikulum menurut Taba, lebih menitik beratkan pada pengembangan kurikulum
dengan perbaikan dan penyempurnaan. Kurikulum dikembangkan secara induktif agar
tercapai adanya pembaharuan kurikulum. Menurutnya, guru merupakan faktor utama
pengembang kurikulum. Guru diposisikan sebagai innovator dalam pengembangangn
kurikulum.Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut Hilda Taba
adalah sebagai berikut:
1). Mengadakan unit-unit hasil eksperimen
Sebelum mengadakan unit-unit percobaan, guru harus melakukan perencanaan
berdasarkan teori-teori yang kuat, kemudian guru harus melakukan eksperimen
didalam kelas agar data yang dihasilkan bersifat empiric dan teruji. Adapun
langkah-langkahnya adalah dengan mendiagnosis kebutuhan (menentukan
latarbelakang siswa, apa yang dibutuhkan dan diinginkan siswa dan kelebihan
serta kekerungan siswa); memformulasikan tujuan; memilih isi(sesuai tujuan,
validitas, dan kebermaknaan terhadap peserta didik); pengorganisasian isi;
pemilihan pengalaman belajar; pengorganisasian pengalaman belajar (berupa
paket-paket pembelajaran); menentukan alat evaluasi serta prosedurnya; melihat
sekuens dan keseimbangan kurikulum.
2). Menguji unit eksperimen
Diujicobakan untuk
mengetahui validitas dan kepraktisan, sehingga diperoleh data sebagai bahan
penyempurnaan kurikulum.
3). Merevisi dan mengkonsolidasi
Setelah dilakukan uji
coba hasil uji coba digunakan untuk melakukan perbaikan atau revisi. Selain itu
juga harus dilakukan konsolidasi untuk menyimpulkan hal-hal yang masih bersifat
umum dan menentukan konsistensi teori yang digunakan. Hasilnya adalh teaching
learning yang telah teruji di lapangan.
4). Pengembangan keseluruhan kerangka
kurikulum
Hasil penyempurnaan dan
konsiladasi harus dapat diterapkan secara menyeluruh dan dikaji lebihlanjut
oleh ahli kurikulum untuk dikembangkan lebih lanjut.
5). Implementais dan Desiminasi
Hasil kajian tersebut
diimplementasikan dan sebarluaskan ke sekolah-sekolah. Dalam tahap ini
dibutuhkan data tentang kesulitan dan permasalahan-permasalahan di
lapangan untuk mengetahui dengan pasti persiapan implementator kurikulum.
c.
Model
Oliva
Kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik. Model
kurikulum yang dikemukakan oleh Oliva terdiri dari 12 komponen, yakni:
Ø perumusan filosofis,
sasaran, misi dan visi yang didasarkan pada kebutuhan peserta didik dan
analisis kebutuhan masyarakat. (tujuan umum)
Ø Analisis tentang
kebutuhan masyarakat disekitar satuan pendidikan, kebutuhan dan urgensi dari
disiplin ilmu. (tujuan khusus)
Ø berisi tujuan umum dan
khusus yang didasarkan kebutuhan.
Ø mengorganisasi
rancangan dan implementasi kurikulum.
Ø penjabaran kurikullum
dalam tujuan umum dan khusus pembelajaran.
Ø penentuan strategi
pembelajaran.
Ø studi awal kemungkinan
strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan.
Ø implementasi strategi
pembelajaran dan penyempurnaan alat dan teknik
Ø evaluasi terhadap
pembelajaran dan kurikulum.
Model ini dapat
digunakan untuk penyempurnaan kurikulum dalam bidang-bidang khusus; sebagai
bahan untuk membuat keputusan dalam merancang program dan sebagai pengembangan
program secara khusus.
d.
Model Beauchamp
Beauchamp mengungkapkan
terdapat lima langkah pengembangan kurikulum, yakni:
1)
Menentukan wilayah cakupan kurikulum
Wilayah yang akan digunakan untuk menerapkan kurikulum tersebut. Langkah
ini dilakukan oleh pemegang kebijakan.
2)
Menetapkan persenolia
Menentukan orang-orang yang akan terlibat dalam penerapan kurikulum ini.
Terdapat empat kategori, yakni: ahli kurikulum/pendidikan yang berkedudukan di
pusat pengembangan kurikulum; ahli pendidikan dari perguruan tinggi dan
guru-guru terpilih; para professional pendidikan; professional lain dan tokoh
masyarakat. Dalam proses ini ditentuka nsapa saja yang terlibat dan apa saja
peran dan tugas yang harus dilakukannya.
3)
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Sebagai prosedur dalam penentuan tujuan umum, tujuan khusus, pemilihan isi
dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi. Dalam tahap ini harus
dilakukan beberapa hal yakni: pembentukan tim pengembangan kurikulum,
mengadakan penelitian dan penilaian kurikulum yang telah berlaku, studi
penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, penentuan
kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan penyusunan serta penulisan
kurikulum baru.
4)
Implementasi kurikulumImplementasi ini membutuhkan
kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan di sekolah.
5)
Evaluasi kurikulumHal-hal yang harus dievaluasi adalah
pelaksanaan kurikulum, desain kurikulumnya, hasil belajar peserta didik, dan
keseluruhan system kurikulum.
e.
Model Wheeler
Menurut Wheeler, proses
pengembangan kurikulum membentukan suatu siklus yang terus berputar dan terdiri
dari lima tahapan. Suatu tahapan dapat dilakukan jika tahapan sebelumnya telah
berhasil dilakukan. Dan setelah semua tahapan terlewati maka siklus akan
kembali pada tahapan awal. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Menentukan tujuan umum dan khusus
Tujuan umum bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis dan
bersifat praktis. Adapun tujuan khusus lebih bersifat spesifik dan mudah
terukur ketercapaiannya.
2)
Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan
3)
Menentukan isi atau materi yang digunakan disesuaikan
dengan pengalaman belajar yang telah direncanakan.
4)
Mengorganisasi pengalaman belajar Menyatukan
pengalaman belajar yang telah dirancang dan menyusunannya dengan masteri atau
isi belajar.
5)
Melakukan evaluasi Setiap tahap yang telah dilakukan
dikaji kembali dan dievaluasi.
f.
Model Nicholls
Model Nicholls juga
menggunakan pendekatan siklus, namun model pengembangan ini digunakan akibat
terjadinya perubahan sitiasi. Langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls,
yaitu:
1)
Analisis situasi,
2)
Menentukan tujuan khusus,
3)
Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran,
4)
Menentuikan dan mengorganisasi metode, dan
5)
Evaluasi.
g.
Model Dynemic Skilbeck
Model ini cocok bagi
guru-guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dnegan kebutuhan sekolah.
Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut model ini adalah sebagai
berikut:
1)
Menganalisis situasi
2)
Memformulasikan tujuan
3)
Menyusun program
4)
Interpretasi dan implementasi, dan
5)
Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.
h.
Model
Miller-Seller
Model ini merupakan model kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model
transaksi (Taba’s & Robison), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1)
Klarifikasi orientasi kurikulum
Dalam tahapan ini, orientasi harus diuji dan diklarifikasi. Orientasi ini
merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis. Dan ada tigfa
jenis orientasi kerikulum yaitu transmisi, transaksidan transformasi.
2)
Pengembangan tujuantujuan umum, tujuan khusus
berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum merefleksikan
pandangan orang dan masyarakat. Tujuan ini harus dijabarkan secara khusus
hingga pada tujuan instruksional.
3)
Identifikasi model mengajar
Strategi mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum.
Strategi yang digunakan disesuaikan dengan tujuan, strukturnya sesuai kebutuhan
siswa, guru harus memahami penerapan kurikulum, dan tersedianya sumber-sumber
yang esensial.
4)
Implementasi
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah komponen program studi, identifikasi
sumber, peranan, pengembangan professional, penetapan waktu dan system
monitoring.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores model pengembangan kurikulum ini terdiri
dari dua bentuk model. Yang pertama, guru atau sekelompok guru melakukan
ujicoba kurikulum dengan melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum. Dan
hasilnya dapat diguanakan secara luas. Yang kedua, bebrapa guru yang merasa
kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada mengadakan eksperimen, ujicoba dan
mengadakan pengembangan secara mandiri sebagai langkah perbaikan kurikulum.
Keuntungan model pengembangan ini adalah: lebih nyata dan ilmiah, perubahan
kurikulumnya masih dalam skala kecil sehingga kemungkinan ditolak kecil,
menghindari kesenjangan dokumen dan meningkatkan kreatifitas dan inisiatif
guru.