BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai seluk beluk kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat pendekatan dan model pengembangan kurikulum. Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang dapat mengakomodir tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulm humanistik, teknologis, dan rekonstruksi social.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan beberapa masalah yang di antaranya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja macam-macam pendekatan kurikulum ?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum dalam pendidikan ?
C. Tujuan Penulis
Dalam hal ini, penulis memiliki beberapa tujuan dari rumusan masalah di atas. Tujuan tersebut diantaranya:
1. Untuk mengetahui maksud dari pendekatan dan pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam pendekatan kurikulum.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum dalam pendidikan.
D. Metode Penulis
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode yakni telaah Pustaka. Dari pustaka tersebut, dimuat dari buku serta internet yang telah di akses oleh penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan serta Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.
Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru. Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sedangkan pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak atau sudut pandang umum tentang proses pengembangan kurikulum.
B. Macam-macam pendekatan Kurikulum
Ada dua jenis pendekatan kurikulum, yakni pertama pendekatan top down atau pendekatan administrative yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, kedua pendekatan grass rootatau pengembangan kurikulumyang diawalli oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
a. Pendekatan Top down
Pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para kepala kantor wilayah. Selanjutnya, melalui komando akan disebarluaskan ke bawah atau disebut sebagai line staff model. Diterapkan dalam system pendidikan sentralisasi. Prosedur pengembangn kurikulum model ini dilakukan sebagai berikut:
1) pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan yang terdiri dari para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, disiplin ilmu ataupun tokoh-tokoh dari dunia kerja. Tugasnya dalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.
2) menyusun tim untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah dibentuk pada langkah pertama. Anggotanya adalah ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari berbagai perguruan tinggi dan guru-guru senior yang diaggap telah berpengalaman. Tugas utamanya adalah untuk menjabarkan rumusan kebijakan menjadi lebih operasional, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat petunjuk dan cara pengevaluasian serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3) penyerahan hasil perumusan dan penjabaran kepada tim perumus untuk dikaji dan direvisi. selain itu, bisa juga melakukan uji coba dan dievaluasi kelayakannya. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan.
4) kurikulum diimplementasikan disetiap sekolah berdasarkan komando dari administrator.
Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis, Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas; Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian. Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
b. Pendekatan Grass Roots
Pada pendekatan ini kurikulum dikembangkan dari bawah keatas, yakni guru sebagai implementator memberikan inisiatif dalam pengembangan kurikulumnya lalu inisiatif ini dikembangkan kelingkungan yang lebih luas. Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan bawah ke atas. Prinsip dasar ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum, namun dalam skala yang terbatas dapat juga digunakan untuk mengembangkan kurikulum baru. Guru dapat berinisitif juka kurikulum yang digunakan bersifat fleksibel, sehingga memebrikan kesempatan pada guru untuk memperbaharui dan menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Hal ini bisa dilakukan jika guru yang bersangkutan bersikap professional dan memiliki kemampuan yang memadai. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyempurnaan kurikulum ini, adalah sebagai berikut:
1) kesadaran akan adanya masalah. Seperti, dirasa adanya ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, kegiatan evaluasi yang tidak tepat dan lain lain. Kesadaran inilah yang menjadi kunci dalam model pendekatan ini.
2) mengadakan refleksi. Setelah menyadari adanya masalah maka yang berikutnya dilakukan adalah mencari penyebab-penyebabnya. Langkah ini dapat dilaksanakan dengan melakukan pengkajian dari berbagai literature dan melakukan diskusi-diskusi dengan teman sejawat dan lain lain.
3) mengajukan hipotesis. Dari berbagai literature dan hasil refleksi, guru memetakan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian permasalahannya. Inilah yang disebt sebagai hipotesis atau dugaan sementara.
4) memilih hipotesis yang memiliki kemungkinan terbesar dalam penyelesaian masalah tersebut. Kemudian menyusun rencana penyelesaian masala-masalah tersebut.
5) mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga masalah tersebut dapat diselesaikan.
6) membuat laporan hasil pelaksanaan pengembangan kurikulum melalui grass root. Langkah ini penting sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain dan dapat disebar luaskan.
C. Model-model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Trvaers (1973), model adalah abstrasi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambing-lambang lainnya. Model adalah rancangan yang dapat digunakan untuk menterjemahkan sesuatu ke dalam realitas yang bersifat lebih praktis. Model digunakan untuk mempermudah komunikasi, sebagai petunjuk prespektif untuk mengambil suatu keputusan atau sebagi petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model yang baik adalah yang dapat dibaca secara menyeluruh dan radikal oleh setiap orang. Model ini memiliki manfaat sebagai berikut:
a.dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia,
b.dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian,
c. dapat menyederhanakan suatu proses yang kompleks, dan
d.dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakan. Model-model tersebut memiliki ciri khas baik dari keluasan pengembangannya ataupun tahapan pengembangannya. Berikut adalah macam-macam pengembangan kurikulum:
a. Model Tyler
Model pengembangan menurut Tyler didasarkan pada empat hal, yakni tujuan pendidikan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan pengevaluasian.
1). Penentuan Tujuan
Tujuan adalah sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus dapat menggamarkan perilaku akhir peserta didik setelah mengikuti program pendidikan. Oleh karena itu, sasaran akhir ini harus dirumuskan secara jelas untuk memudahkan proses pencapaian dan penilaian berhasil tidaknya suatu program pendidikan.
2). Menentukan Proses Pembelajaran (Pengalaman Belajar)
Setelah tahu apa yang akan dituju, maka langkah selanjutnya yakni menentukan langkah apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pembelajaran yang seperti apa yang dibutuhkan dan sesuai. Perumusan ini hendaknya mengacu pada siswa, jadi proses pembelajaran disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuan yang telah dimiliki siswa. Proses pembelajaran ini menyangkut berbagai interaksi, interaksi antar peserta didik, interaksi dengan lingkungannya dan lain-lain. Oleh Karena itu penentuan proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan, harus dapat memuaskan siswa dan harus melibatkan siswa dalam setiap rancangan pendidikannya.Pengalaman pembelajaran yang dapat dikembangkan dapat berupa kemampuan berfikir, pengalaman belajar yang membantu siswa mengumpulkan informasi, mengembangkan sikap social dan mengembangkan bakatnya.
3). Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar mencakup tahapan-tahapan belajar dan materi yang dipelajari. Pengorgainasian berfungsi untuk memberikan penjelasan yang pasti tentang apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses belajar dapat dikembangkan dengan dua jenis pengorganisasian, yakni yang pertama secara vertical. Pengorganisasian yang menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang kajian yang sama namun dalam tingkatan yang berbeda. Misalnya, pengorganisasian pengalama belajar geografi pada kelas delapan dan sembilan. Jenis yang kedua, yakni pengorganisasian horizontal, yakni pengorganisasian pengalaman belajar dalam bidang kajian yang berbeda namun masih dalam tingkatan yang sama.
4). Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses mengumpulkan data baik kualitatif maupun kuantitatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Dalam proses evaluasi ini, proses-proses sebelumnya akan dikaji, sehingga dapat diketahui apakah program tersebut telah berhasil atau belum, apakah tujuan-tujuan telah tercapai atau belum. Inilah yang disebut sebagai fungsi sumatif. Dalam evaluasi akan dinilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik atau belum. Perbandingan anatara keadaan awal dan akhir muthlak diperlukan. Dalam proses evaluasi ini sebaiknya digunakan lebih dari satu instrument penilaian sehingga hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan evektif ata tidak. Fungsi evaluasi ini disebut sebagai fungsi formatif.
b. Model Taba (Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum menurut Taba, lebih menitik beratkan pada pengembangan kurikulum dengan perbaikan dan penyempurnaan. Kurikulum dikembangkan secara induktif agar tercapai adanya pembaharuan kurikulum. Menurutnya, guru merupakan faktor utama pengembang kurikulum. Guru diposisikan sebagai innovator dalam pengembangangn kurikulum.Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut Hilda Taba adalah sebagai berikut:
1). Mengadakan unit-unit hasil eksperimen
Sebelum mengadakan unit-unit percobaan, guru harus melakukan perencanaan berdasarkan teori-teori yang kuat, kemudian guru harus melakukan eksperimen didalam kelas agar data yang dihasilkan bersifat empiric dan teruji. Adapun langkah-langkahnya adalah dengan mendiagnosis kebutuhan (menentukan latarbelakang siswa, apa yang dibutuhkan dan diinginkan siswa dan kelebihan serta kekerungan siswa); memformulasikan tujuan; memilih isi(sesuai tujuan, validitas, dan kebermaknaan terhadap peserta didik); pengorganisasian isi; pemilihan pengalaman belajar; pengorganisasian pengalaman belajar (berupa paket-paket pembelajaran); menentukan alat evaluasi serta prosedurnya; melihat sekuens dan keseimbangan kurikulum.
2). Menguji unit eksperimen
Diujicobakan untuk mengetahui validitas dan kepraktisan, sehingga diperoleh data sebagai bahan penyempurnaan kurikulum.
3). Merevisi dan mengkonsolidasi
Setelah dilakukan uji coba hasil uji coba digunakan untuk melakukan perbaikan atau revisi. Selain itu juga harus dilakukan konsolidasi untuk menyimpulkan hal-hal yang masih bersifat umum dan menentukan konsistensi teori yang digunakan. Hasilnya adalh teaching learning yang telah teruji di lapangan.
4). Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
Hasil penyempurnaan dan konsiladasi harus dapat diterapkan secara menyeluruh dan dikaji lebihlanjut oleh ahli kurikulum untuk dikembangkan lebih lanjut.
5). Implementais dan Desiminasi
Hasil kajian tersebut diimplementasikan dan sebarluaskan ke sekolah-sekolah. Dalam tahap ini dibutuhkan data tentang kesulitan dan permasalahan-permasalahan di lapangan untuk mengetahui dengan pasti persiapan implementator kurikulum.
c. Model Oliva
Kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik. Model kurikulum yang dikemukakan oleh Oliva terdiri dari 12 komponen, yakni:
Ø perumusan filosofis, sasaran, misi dan visi yang didasarkan pada kebutuhan peserta didik dan analisis kebutuhan masyarakat. (tujuan umum)
Ø Analisis tentang kebutuhan masyarakat disekitar satuan pendidikan, kebutuhan dan urgensi dari disiplin ilmu. (tujuan khusus)
Ø berisi tujuan umum dan khusus yang didasarkan kebutuhan.
Ø mengorganisasi rancangan dan implementasi kurikulum.
Ø penjabaran kurikullum dalam tujuan umum dan khusus pembelajaran.
Ø penentuan strategi pembelajaran.
Ø studi awal kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan.
Ø implementasi strategi pembelajaran dan penyempurnaan alat dan teknik
Ø evaluasi terhadap pembelajaran dan kurikulum.
Model ini dapat digunakan untuk penyempurnaan kurikulum dalam bidang-bidang khusus; sebagai bahan untuk membuat keputusan dalam merancang program dan sebagai pengembangan program secara khusus.
d. Model Beauchamp
Beauchamp mengungkapkan terdapat lima langkah pengembangan kurikulum, yakni:
1) Menentukan wilayah cakupan kurikulum
Wilayah yang akan digunakan untuk menerapkan kurikulum tersebut. Langkah ini dilakukan oleh pemegang kebijakan.
2) Menetapkan persenolia
Menentukan orang-orang yang akan terlibat dalam penerapan kurikulum ini. Terdapat empat kategori, yakni: ahli kurikulum/pendidikan yang berkedudukan di pusat pengembangan kurikulum; ahli pendidikan dari perguruan tinggi dan guru-guru terpilih; para professional pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. Dalam proses ini ditentuka nsapa saja yang terlibat dan apa saja peran dan tugas yang harus dilakukannya.
3) Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Sebagai prosedur dalam penentuan tujuan umum, tujuan khusus, pemilihan isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi. Dalam tahap ini harus dilakukan beberapa hal yakni: pembentukan tim pengembangan kurikulum, mengadakan penelitian dan penilaian kurikulum yang telah berlaku, studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, penentuan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan penyusunan serta penulisan kurikulum baru.
4) Implementasi kurikulumImplementasi ini membutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan di sekolah.
5) Evaluasi kurikulumHal-hal yang harus dievaluasi adalah pelaksanaan kurikulum, desain kurikulumnya, hasil belajar peserta didik, dan keseluruhan system kurikulum.
e. Model Wheeler
Menurut Wheeler, proses pengembangan kurikulum membentukan suatu siklus yang terus berputar dan terdiri dari lima tahapan. Suatu tahapan dapat dilakukan jika tahapan sebelumnya telah berhasil dilakukan. Dan setelah semua tahapan terlewati maka siklus akan kembali pada tahapan awal. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan umum dan khusus
Tujuan umum bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis dan bersifat praktis. Adapun tujuan khusus lebih bersifat spesifik dan mudah terukur ketercapaiannya.
2) Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
3) Menentukan isi atau materi yang digunakan disesuaikan dengan pengalaman belajar yang telah direncanakan.
4) Mengorganisasi pengalaman belajar Menyatukan pengalaman belajar yang telah dirancang dan menyusunannya dengan masteri atau isi belajar.
5) Melakukan evaluasi Setiap tahap yang telah dilakukan dikaji kembali dan dievaluasi.
f. Model Nicholls
Model Nicholls juga menggunakan pendekatan siklus, namun model pengembangan ini digunakan akibat terjadinya perubahan sitiasi. Langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
1) Analisis situasi,
2) Menentukan tujuan khusus,
3) Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran,
4) Menentuikan dan mengorganisasi metode, dan
5) Evaluasi.
g. Model Dynemic Skilbeck
Model ini cocok bagi guru-guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dnegan kebutuhan sekolah. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut model ini adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis situasi
2) Memformulasikan tujuan
3) Menyusun program
4) Interpretasi dan implementasi, dan
5) Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.
h. Model Miller-Seller
Model ini merupakan model kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robison), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1) Klarifikasi orientasi kurikulum
Dalam tahapan ini, orientasi harus diuji dan diklarifikasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis. Dan ada tigfa jenis orientasi kerikulum yaitu transmisi, transaksidan transformasi.
2) Pengembangan tujuantujuan umum, tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum merefleksikan pandangan orang dan masyarakat. Tujuan ini harus dijabarkan secara khusus hingga pada tujuan instruksional.
3) Identifikasi model mengajar
Strategi mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Strategi yang digunakan disesuaikan dengan tujuan, strukturnya sesuai kebutuhan siswa, guru harus memahami penerapan kurikulum, dan tersedianya sumber-sumber yang esensial.
4) Implementasi
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan professional, penetapan waktu dan system monitoring.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores model pengembangan kurikulum ini terdiri dari dua bentuk model. Yang pertama, guru atau sekelompok guru melakukan ujicoba kurikulum dengan melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum. Dan hasilnya dapat diguanakan secara luas. Yang kedua, bebrapa guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada mengadakan eksperimen, ujicoba dan mengadakan pengembangan secara mandiri sebagai langkah perbaikan kurikulum.
Keuntungan model pengembangan ini adalah: lebih nyata dan ilmiah, perubahan kurikulumnya masih dalam skala kecil sehingga kemungkinan ditolak kecil, menghindari kesenjangan dokumen dan meningkatkan kreatifitas dan inisiatif guru.