Blog Al Imam

  • Home
  • Kumpulan Makalah
  • 404
Home » Kumpulan Makalah » Makalah Ulumul- Qur'an

Makalah Ulumul- Qur'an






KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim
           Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya alhamdulillah saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Ulumul Qur’an “ .

         Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

      Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis agar menjadi lebih baik . Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

  Akhir kata semoga resensi buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.






Cirebon, 15 September  2014




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
         Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلَاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya : “(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl : 89).
         Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.
          Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahannya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui/memahami isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu ‘Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Ulumul Qur’an?
2.      Apa ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an?
3.      Sebutkan cabang-cabang Ulumul Qur’an !
4.      Jelaskan perkembangan Ulumul Qur’an !
5.      Apa tujuan mempelajari Ulumul Qur’an?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Ulumul Qur’an
2.      Untuk mengetahui ruang lingkup Ulumul Qur’an
3.      Untuk mengetahui cabang-cabang Ulumul Qur’an
4.      Untuk mengetahui perkembangan Ulumul Qur’an
5.      Untuk mengetahui tujuan mempelajari Ulumul Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ulum Al-Quran
Ungkapan “Ulum Al-Quran” berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Quran”. Kata “Ulum” merupakan bentuk jamak dari kata “Ilmu”. Ilmu yang dimaksud disini, sebagaimana didefinisikan Abu Syahbah adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan. Sedangkan Al-Quran sebagaimana didefinisikan ulama ushul, ulama fiqih, dan ulama bahasa, adalah “kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surah al-fatihah  sampai akhir surah an-nass.[1]
Dengan demikian, secara bahasa ‘Ulum A-Quran’ adalah ilmu (pembahasan-pembahasan) yang berkaitan dengan al-quran. Sedangkan menurut istilah para ulama memberikan pengertian yang berbeda-beda, yaitu:
1.    Menurut Manna’ Al-Qaththan
”Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an dari sisi inforsmasi tentang Azbab An-Nuzul, kodifikasi dan tertib penulisan al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan al-Qur’an.”
2.    Menurut Az-Zarqani”.
”Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an, dari sisi turunnya, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, Nasikh, Mansukh, dan penolakan hal-hal yang biasa menimbulkan keraguan terhadapnya serta hal-hal lain”.
3.    Menurut Abu Syahbah ;
”Sebuah ilmu yang memiliki banyak obyek pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, Nasikh – mansukh, muhkam-muntasyabih, sampai pembahasan – pembahasan lain”.


B.     Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulum Al-Quran’
M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan ‘Ulum Al-quran’ terdiri dari enam hal pokok berikut ini:
1. Persoalan Turunnya Al-Quran (Nuzul Al-Quran)
a.       Waktu dan tempat turunnya al-quran (auqat nuzul wa mawathin an-nuzul)
b.      Sebab-sebab turunnya al-quran (asbab an-nuzul)
c.       Sejarah turunnya al-quran (tarikh an-nuzul)
2. Persoalan Sanad (rangkaian para periwayat)
a.       Riwayat mutawati
b.      Riwayat ahad
c.       Riwayat syadz
d.      Macam-macam qira’at Nabi
e.       Para perawi dan penghafal al-quran
f.       Cara-cara penyebaran periwayat (tahamul)
3. Persoalan Qira’at (cara pembacaan al-quran)
a.       Cara berhenti (waqaf)
b.      Cara memulai (ibtida’)
c.       Imalah
d.      Bacaan yang dipanjangkan (mad)
e.       Meringankan bacaan hamzah
f.       Memasukkan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya (idgham)
4. Persoalan kata-kata al-quran
a.       Kata-kata al-quran yang asing (gharib)
b.      Kata-kata ql-quran yang berubah-ubah harakat akhirnya (mu’rab)
c.       Kata-kata al-quran yang mempunyai makna serupa (homonim)
d.      Padanan kata-kata al-quran (sinonim)
e.       Isti’arah
f.       Penyerupaan (tasybih)
5. Persoalan makna-makna al-quran yang berkaitan dengan hukum
a.       Makna umum (‘am) yang tetap dalam keumumannya
b.      Makna umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus
c.       Makna umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunnah
d.      Nash
e.       Makna lahir
f.       Makna global (mujmal)
g.      Makna yang diperinci (mufashshal)
h.      Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq)
i.        Makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaraan (mafhum)
j.        Nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)
k.       Nash yang mushkil ditafsirkan karena dapat kesamaran di dalamnya (mutasyabih)
l.        Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada kata itu sendiri (musykil)
m.    Ayat yang “menghapus” dan yang “dihapus” (nasikh-mansukh)
n.      Yang didahulukan (muqaddam)
o.      Yang diakhirkan (mu’akhakhar)
6. Persoalan makna-makna Al-Quran yang berpautan dengan kata-kata Al-Quran
a.       Berpisah (fashl)
b.      Bersambung (washl)
c.       Uraian singkat (i’jaz)
d.      Uraian panjang (itnab)
e.       Uraian seimbang (musawah)
f.       Pendek (qashr)

C.    Cabang-Cabang (Pokok Bahasan) ‘Ulum Al-Quran
1.      Ilmu adab tilawat al-quran, yaitu ilmu-ilmu yang menerangkan aturan-aturan dalam pembacaan al-quran.
2.      Ilmu tajwid, yaitu ilmu yng menerangkan cara-cara membaca al-quran, tempat memulai, atau tempat berhenti (waqaf)
3.      Ilmu mawathin an-nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat-tempat, musim, awal, dan akhir turun ayat.
4.      Ilmu tawarikh an-nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan masa dan urutan turun ayat, satu demi satu dari awal hingga akhir turunnya.
5.      Imu asbab an-nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turun ayat.
6.      Ilmu qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at (pembacaan al-quran) yang telah diterima Rasulullah SAW.
7.      Ilmu gharib al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab konvensional, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari.
8.      Ilmu i’rab, yaitu ilmu yang menerangkan harakat al-quran dan kedudukan sebuah kata dalam kalimat.
9.      Ilmu wujuh wa an-nazha’ir, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata al-quran yang mempunyai makna lebih dari satu
10.  Ilmu ma’rifat al-mhkam al-mutasyabih,yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan yang dipandang mutasyabih.
11.  Ilmu nasikh wa al-mansukh, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang mansukh oleh sebagian mufassir.
12.  Ilmu badai’u al-quran, yaitu yang menerangkan keindahan susunan bahasa al-quran.
13.  Ilmu i’jaz al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan segi-segi kekuatan al-quran sehingga dipandang sebagai suatu mukjizat  dan dapat melemahkan penantang-penantangnya.
14.  Ilmu tanasub ayat al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
15.  Ilmu aqsam al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Allah yang terdapat di dalam al-quran.
16.  Ilmu amtsal al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan perumpamaan-perumpamaan al-quran, yakni menerangkan ayat-ayat perumpamaan yang dikemukakan al-quran.
17.  Ilmu jadal al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan macam-macam perdebatan yang telah dihadapkan al-quran kepada segenap kaum musyrikin dan kelompok lainnya.

D.    Perkembangan ‘ulum Al-Quran
1. Fase Sebelum Kodifikasi (Qalb ‘Ashr At-Tadwin)
Pada fase sebelum kodifikasi, Ulumul Qur’an telah dianggap sebagai benih yang kemunculannya sangat dirasakan sejak zaman Nabi. Hal itu ditandai dengan kegairahan para sahabat untuk mempelajari Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi di antara mereka sebagaimana diceritakan oleh Abu Abdurrahman As-Sulami.
Kegairahan para sahabat untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an nampaknya lebih kuat lagi ketika Nabi hadir ditengah-tengah mereka. Hal inilah yang kemudian mendorong Ibnu Taimiyyah untuk mengatakan bahwa Nabi sudah menjelaskan apa-apa yang menyangkut penjelasan Al-Qur’an kepada para sahabatnya.
Riwayat dan penafsiran ilmu Al-Qur’an yang diterima oleh para sahabat dari Nabi itu kemudian diterima oleh para tabi’in dengan jalan periwayatan. Dapat dijelaskan disini bahwa para perintis Ulumul Qur’an pada abad I (atau sebelum kodifikasi) adalah sebagai berikut:
1) Dari kalangan sahabat : Khulafa Ar-Rasyiddin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid BinTsabit, Ubai Bin Ka’ab, Abu Musa Al-Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
2) Dari kalangan Tabi’in : Mujahid, ‘Atha Bin Yasar, ‘Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id Bin Jubair, Zaid Bin Aslam.
3) Dari kalangan atba’tabi’in : Malik Bin Anas
Periode sebelum kodifikasi sekaligus menjelaskan perkembangan Ulumul Qur’an pada abad I H.
2. Fase Kodifikasi
Pada fase sebelum kodifikasi, Ulumul Qur’an dan ilmu-ilmu lainnya belum dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf satu-satunya yang sudah adalah Al-Qur’an. Kemudian Ali Bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Ad-Da’uli untuk menulis ilmu nahwu. Perinta Ali inilah yang membuka gerbang pengodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Pengodifikasian itu semakin marak dan meluas ketika islam berada dibawah perintah Bani Umayyah dan Bani ‘Abbasiyah pada periode-periode awal pemerintahannya.
2.1. Perkembangan Ulumul Qur’an Abad II H.
Pada masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan abad II H, para ulama memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir merupakan induk Ulumul Qur’an. Di antara ulama abad II H yang menyusun tafsir ialah :
1) Syu’bah al-hajjaj (w. 160 H.)
2) Sufyan Bin ‘Uyainah (w. 198 H.)
3) Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H.)
4) Waqi’ Bin Al-Jarrh (w. 128-197 H.)
5) Muqatil Bin Sulaiman (w. 150 H.)
6) Ibnu Jarir At-Thabari (w. 310 H.)

2.2.      Perkembangan Ulumul Qur’an Abad III H.
Pada abad III H., selain tafsir dan ilmu tafsir para ulama mulai menyusun beberapa ilmu Al-Qur’an (Ulumul Qur’an). Di antaranya :
1) Ali Bin Al-Madini (w. 234 H.) Gurunya Imam Al-Bukhari yang menyusun Ilmu Asbab An-Nuzul.
2) Abu Ubaid Al-Qasimi Bin Salam (w. 224 H.) yang menyusun Ilmu Nasikh Al-Mansukh, Ilmu Qiro’at dan Fadha’il Al-Qur’an.
3) Muhammad Bin Ayyub Adh-Dhurraits (w. 294 H.) yang menusun Ilmu Makki wa Al-Madani.
4) Muhammad Bin Khalaf Al-Marzuban (w. 309 H.) yang menyusun kitab Al-Hawi fi ‘Ulum Al-Qura’an.

2.3.      Perkembangan Ulumul Qur’an Abad IV H.
Pada abad IV H. mulai disusun Ilmu Gharib Al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an dengan memakai istilah Ulumul Qur’an. Diantara ulama yang menyusun ilmu-ilmu itu adalah:
1) Abu Bakar As-Sijistani (w. 330 H.) yang menyusun Ilmu Gharib Al-Qur’an .
2) Abu Bakar Muhammad Bin Ali-Qasim Al-Anbari (w. 328 H.) yang menyusun kitab ‘Aja’ib ‘Ulum Al-Quran.
3) Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H.)
4) Abu Muhammad Al-Qasab Muhammad Bin Ali Al-Kurkhi (w. 360 H.)
5) Muhammad Bin ‘Ali Al-Adfawi (w. 388 H.)
2.4. Perkembangan Ulumul Qur’an Abad V H.
Pada abad V H. mulai disusun Ilmu I’rab Al-Qur’an dalam satu kitab. Di antara ulama yang bekerja dalam pengembangan Ulumul Qur’an pada abad ini adalah :
1) Ali Bin Ibrahim Bin Sa’id Al-Hufi (w. 430 H.)
2) Abu ‘Amr Ad-Dani (w. 444 H.). Penyusun kitab At-Taisir fi Qira’at As-Sab’i dan Al-Muhkan fi An-Naqth.

2.5. Perkembangan Ulumul Qur’an Abad VI H.
Pada abad VI H. disamping terdapat ulama yang meneruskan pengembangan Ulumul Qur’an, juga terdapat ulama yang mulai menyusun Ilmu Mubhamat Al-Qur’an, diantaranya adalah :
1) Abu Al-Qasim Bin Abdurrahman As-SSuhaili (w. 581 H.). Penyusun kitab Mubhamat Al-Qur’an.
2) Ibn Al-Jauzi (w. 597 H.)

2.6.  Perkembangan Ulumul Qur’an Abad VII H.
Pada abad VII H. ilmu-ilmu Al-Qur’an terus berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu Majaz Al-Qur’an dan Ilmu Qira’at. Yang mnaruh perhatian dalam ilmu ini adalah :
1) Alamuddin As-Sakhawi (w. 643 H.) penyusun kitab Manzhumah As-Sakhawiyyah.
2) Ibnu Abd. As-Salam (w. 660 H.) yang memelopori penulisan Ilmu Mazaj Al-Qur’an dalam satu kitab.
3) Abu Syamah (w. 655 H.) Penyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz fi ‘Ulum Al-Qur’an Tata’allaq bi Al-Qur’an Al-‘Aziz.


2.7. Perkembangan Ulumul Qur’an Abad VIII H.
Pada abad VIII H. munculah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-Qur’an. Namun penyusunan kitab tentang Ulumul Qur’an tetap berjalan. Di antara mereka adalah :
1) Ibnu Abi Al-Isba’ yang menyusun Ilmu Badai’i Al-Qur’an.
2) Ibnu Al-Qayyim (w. 752 H.) yang menyusun Ilmu Aqsam Al-Qur’an.
3) Najmuddin Ath-Thufi (w. 716 H.) Penyusun Ilmu Hujaz Al-Qur’an dan Ilmu Jadal Al-Qur’an.
4) Abu Al-Hasan Al-Mawardi yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Qur’an.
5) Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H.). Penyusun kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an.
6) Taqiyuddin Ahmad Bin Taimiah Al-Harrani (w. 728 H.) yang menyusun kitab Ushul At-Tafsir.

2.8.  Perkembangan Ulumul Qur’an abad IX dan X H.
Pada abad ke IX dan permulaan abad X H., makin banyak karya para ulama tentang Ulumul Qur’an hingga perkembangan Ulumul Qur’an mencapai kesempurnaannya. Beberapa ulama yang menyusun Ulumul Qur’an ialah :
1) Jaluluddin Al-Bulqini[9] (w. 824 H.) yang menyusun kitab Mawaqi’ Al-‘Ulum min Mawaqi’ An-Nujum.
2) Muhammad Bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H.) yang menyusun kitab At-Taisir fi Qawa’id At-Tafsir.
3) Jalaluddin Abdurrahman Bin KamaluddinAs-Suyuthi (849-911 H.) yang menyusun kitab At-Tahbir fi ‘Ulum At-Tafsir.
2.9. Perkembangan Ulumul Qur’an abad XIV H.
Setelah memasuki abad XIV H. perhatian ulama bangkit dalam penyusunan kitab-kitab yang membahas Al-Qur’an dari berbagai segi. Karya Ulumul Qur’an yang lahir pada abad ini, di antaranya adalah :
1) Syekh Thahir Al-jazairi yang menyusun kitab At-Tibyani fi ‘Ulum Al-Qur’an dan selesai pada tahun 1335 H.
2) JamaluddinAlQasimy (w. 1332 H.) penyusun kitab Mahasin At-Ta’wil.
3) Muhammad ‘abd Al-Azhim Az-Zarkani penyusun Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an.
4) Muhammad Ali Salamah yang menyusun Manhaj Al-Furqan fi ‘Ulum Al-Qur’an.
5) Syekh Tanthawi Jauhari, penyusun kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an dan Al-Qur’an wa ‘Ulum ‘Ashriyyah.
6) Mushthafa Shadiq Ar-Rafi’i penyusun I’jaz Al-Qur’an.
7) Sayyid Quthub, penyusun At-Tashwir Al-Fani fi Al-Qur’an.
8) Malik Bin Nabi yang menyusun kitab Az-Zhahirah Al-Qur’aniyah.
9) Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha, penyusun Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim.
10) Syekh Muhammad Abdullah Darraz, penyusun Nazharat Jadidah fi Al-Qur’an.
11) Dr. Subhi Ash-Shalih, penyusun kitab Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an.
12) Syekh Mahmud Abu Daqiqi yang menyusun kitab ‘Ulum Al-Qur’an.
13) Syekh Myhammad Ali Salamah yang menyusun Manhaj Al-Furqan fi ‘Ulum Al-Qur’an.
14) Ustadz Muhammad Al-Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal Al-Khalid.
15) Muhammad Al-Ghazali penyusun kitab Nazharat fi Al-Qur’an.
16) Syekh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang menyusun kitab Tafsir Al-Maraghi.

E.     Tujuan Mempelajari Ulumul Quran
Tujuan utama dari mempelajari ulumul quran adalah untuk memahami kalam allah dalam berbagai aspek pembahasannya, baik dari aspek turunnya, pengumpulan dan penulisannya, maupun dari aspek bacaan dan penafsirannya, serta tidak ketinggalan pula aspek kandungannya itu sendiri.[2]
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Ungkapan “Ulum Al-Quran” berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Quran”. Kata “Ulum” merupakan bentuk jamak dari kata “Ilmu”. Sedangkan Al-Quran sebagaimana didefinisikan ulama ushul, ulama fiqih, dan ulama bahasa, adalah “kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surah al-fatihah  sampai akhir surah an-nass.
Adapun ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy terdiri dari enam hal pokok, yaitu:
1.      Persoalan Turunnya Al-Quran (Nuzul Al-Quran)
2.      Persoalan Sanad (rangkaian para periwayat)
3.      Persoalan Qira’at (cara pembacaan al-quran)
4.      Persoalan kata-kata al-quran
5.      Persoalan makna-makna al-quran yang berkaitan dengan hukum
6.      Persoalan makna-makna Al-Quran yang berpautan dengan kata-kata Al-Quran
Adapun Perkembangan ‘ulum Al-Quran melalui dua fase, yaitu:
1.      Fase Sebelum Kodifikasi (Qalb ‘Ashr At-Tadwin)
2.      Fase Kodifikasi
Fase ini dimulai dari abad ke-2 hingga abad ke-14 H
Tujuan utama dari mempelajari ulumul quran adalah untuk memahami kalam allah dalam berbagai aspek pembahasannya, baik dari aspek turunnya, pengumpulan dan penulisannya, maupun dari aspek bacaan dan penafsirannya, serta tidak ketinggalan pula aspek kandungannya itu sendiri.
B.     SARAN
Saran penulis untuk para pembaca agar dapat mengambil intisari atau kesimpulan dari makalah ini. Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Guna membangun untuk kebaikan makalah penulis selanjutnya. Dan harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Karena penulis hanyalah manusia yang biasa yang tak luput dari kesalahan.


Daftar Pustaka

Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Quran. Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Kadar M. 2009. Studi Al-Quran. Cet. I; Jakarta: Amzah.
Anwar, Abu. 2002. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Cet. I; Jakarta: Amzah.
Ali Ash-Shabuni, Muhammad. 2001. Ikhtisar Ulumul Quran Praktis. Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani.
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Cet. V; Bandung: Pustaka Setia.





[1] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, hal. 11
[2] Abu Anwar, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, hal. 12
Makalah Ulumul- Qur'an , Pada: 01:51



Share to

Facebook Google+ Twitter

Related with Makalah Ulumul- Qur'an :

Tags: #Kumpulan Makalah Posted by Anonymous at 01:51

0 comments :

Post a Comment

« Next Prev »
  • Beranda

Labels

  • KUMPULAN LAPORAN PPL
  • Kumpulan Makalah
  • kumpulan proposal
  • Kumpulan Proposal Skripsi
Copyright © 2016 Blog Al Imam All Rights Reserved | Sonic SEO Template