BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pendekatan
penelitian ada dua macam yaitu pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena (fenomenologis) tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, seperti: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alaimah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Krik dan Miller, Jane Richie, Bogdan dan Bikley, Guba dan
Lincoln). Dengan kata lain penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigm
fenomenologis yang objektifitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi
tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok social tertentu
yang relevan dengan tujuan penelitian.
Penelitian
kualitatif berangkat dari fenomena yang ditemukan dilapangan kemudian
dikembangkan pemahaman secara mendalam, alamiah, melibatkan konteks secara
penuh, data dikumpulkan langsung dari partisipan langsung. Sedangkan desain
penelitian kualitatif bersifat fleksivel atau berubah-ubah sesuai dengan situasi
dan kondisi data yang didapat dilapangan. Penelitian kualitatif dibutuhkan
sebagai pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Oleh sebab itu
pemakalah akan membahas mengenai penelitian kulaitatif. Ada beberapa tipe
penelitian kualitatif. Namun dalam hal ini, pemakalah hanya akan memfokuskan
pembahasan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian Fenomenologis dan
Historis.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah disampaikan, masalah dapat diperinci seperti :
1.2.1 Bagaimana penelitian fenomenologis ?
1.2.2 Bagaimana penelitian Historis ?
1.2.3 Apa perbedaan penelitian
fenomenologis dan historis ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas
maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui penelitian
fenomenologis.
1.3.2 Untuk mengetahui penelitian
Historis.
1.3.3 Untuk
mengetahui perbedaan penelitian
fenomenologis dan historis.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Bagi penyusun,
makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dalam menulis makalah yang
baik dan menambah pengetahuan tentang materi yang ditulis.
1.4.2 Bagi pembaca,
makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran terhadap mata kuliah terkait.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penelitian Fenomenologis
a.
Definisi Penelitian
Fenomenologis
Fenomenologi
merupakan salah satu metode penelitian dalam studi kualitatif. Kata
Fenomenologi (Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan.
Sedangkan logos berarti kata, ucapan,
rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan
sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak.
Berikut dipaparkan
definisi penelitian fenomenologis menurut para ahli :
1) Creswell (2010:30)
Penelitian fenomenologi merupakan
strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat
pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu.
2) Campbell (2012:133)
Penelitian fenomenologi adalah
sebuah pemikiran yang tak cuma memandang setiap sesuatu dari luarnya saja namun
juga berupaya untuk menggali makna apa yang ada dibalik gejala itu.
3) Collins (2012:133)
Penelitian fenomenologi adalah
proses penelitian yang menekankan pada meaningfulness,
tidak Cuma hendak melihat apa yang terlihat di permukaan, tetapi lebih
kepada pemahaman mengapa fakta social itu terjadi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian
fenomenolgis merupakan penelitian kulaitatif yang berupaya menggali dan
mengungkapkan makna secara mendalam pengalaman para subjek yang diteliti.
b. Tujuan
Penelitian Fenomenologis
Adapun tujuan
dari penelitian fenomenologi adalah sebagai berikut :
1)
Menggali makna melalui
eksplorasi pengalaman subjek yang diteliti. Peneliti harus mampu
mendekskripsikan pengalaman subjek dengan cermat, rinci, lengkap, dan mendalam
sebab itulah tujuan dan basis penelitian.
2)
Mengetahui bagaimana kita
mengintepretasikan tindakan social kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna
(dimaknai) dan untuk merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan
saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu
dalam dunia kehidupan sosial.
3)
Mempelajari bagaimana
fenomena manusia yang berpengalaman dalam kesadaran, dalam tindakan kognitif
dan persepsi, serta bagaimana mereka dapat member nilai atau dan bagaimana
member penghargaan.
4)
Berusaha untuk memahami
bagaimana orang membangun makna dan konsep kunci inter-subjektivitas.
Pengalaman di dunia berdasarkan pemikiran, adalah intersubjektif karena kita
mengalami dunia dan juga melalui orang.
c. Langkah –
Langkah Penelitian Fenomenologis
Adapun langkah –
langkah penelitian fenomenologis adalah sebagai berikut :
1)
Menetapkan lingkup fenomena
yang akan diteliti : peneliti berusaha memahami perspektif filosofis di balik
pendekatan yang digunakan, terutama konsep mengenai kajian bagaimana orang
mengalami sebuah fenomena. Peneliti menetapkan fenomena yang hendak dikaji
melalui para informan.
2)
Menyusun daftar pertanyaan :
peneliti menuliskan pertanyaan penelitian yang mengungkapkan makna pengalaman
bagi para individu, serta menanyakan kepada mereka untuk menguraikan pengalaman
penting setiap harinya.
3)
Pengumpulan data : peneliti
mengumpulkan data dari individu yang mengalami fenomena yang diteliti. Data
diperoleh melalui wawancara yang cukup lama dan mendalam dengan sekitar 5-25
orang. Jumlah ini bukan ukuran baku. Bisa saja subjek penelitiannya hanya 1
orang. Teknik pengumpulan data lain yang dapat digunakan : observasi (langsung
dan partisipan), penelusuran dokumen.
4)
Analisis data : Peneliti
melakukan analisis data fenomenologis.
a)
Tahap Awal : Peneliti
mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami subjek penelitian. Seluruh
rekaman hasil wawancara mendalam dengan subjek penelitian ditranskripsikan ke
dalam bahasa tulisan.
b)
Tahap
Horizonalization : Dari hasil transkripsi, peneliti menginventarisasi pernyataan –
pernyataan penting yang relevan dengan topic. Pada tahap ini, peneliti harus
bersabar untuk menunda penilaian (bracketing
/ epoche); artinya, unsure subjektivitasnya jangan mencampuri upaya merinci
point – point penting, sebagai data
penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara tadi.
c)
Tahap Cluster of
Meaning : Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan pernyataan – pernyataan tadi ke
dalam tema – tema atau unit – unit makna, serta menyisihkan pernyataan yang
tumpang tindih atau berulang – ulang. Pada tahap ini, dilakukan :
Ø
Textural
description (deskripsi tekstural)
Peneliti menuliskan apa yang dialamai, yakni deskripsi tentang apa yang dialami
individu.
Ø
Structural
description (deskripsi struktural)
Penulis menuliskan bagaimana fenomena itu dialami oleh para individu. Peneliti juga
mencari segala makna yang mungkin berdasarkan refleksi si peneliti sendiri,
berupa opini, penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena
yang dialaminya.
d)
Tahap deskripsi
esensi : Peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi menyeluruh mengenai makna
dan esensi pengalaman para subjek.
5)
Peneliti melaporkan hasil
penelitiannya : Laporan ini memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca
tentang bagaimana seseorang mengalami sesuatu fenomena. Laporan penelitian
menunjukkan adanya kesatuan makna tunggal dari pengalaman, di mana seluruh
pengalaman itu memiliki “struktur” yang penting.
d.
Contoh Judul Penelitian Fenomenologis
Judul : Makna
Iklan Televisi (Studi Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap Iklan Televisi
Minuman “Kuku Bima Energi” Versi Kolam Susu)
Oleh : Hadiono
Afdjani, 2010
2.2 Penelitian
Historis
a. Definisi
Penelitian Historis
Menurut Nevins
(1993) Sejarah (history) adalah deskripsi terpadu dari keadaan-keadaan atau
fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang
kritis untuk mencapai kebenaran.
Berikut
dipaparkan definisi penelitian historis menurut para ahli :
1)
E. H. Carr (Gall, Gall &
Brog, 2007)
Penelitian historis adalah sebagai proses
sistematis dalam mencari data agar dapat menjawab pertanyaan tentang fenomena
dari masa lalu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari suatu
institusi, praktik, tren, keyakinan, dan isu-isu dalam pendidikan.
2)
Jack. R. Fraenkel &
Norman E. Wallen (Yatim Riyanto, 1996: 22)
Penelitian historis adalah penelitian yang
secara eksklusif memfokuskan pada masa lalu. Penelitian ini mencoba
merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin,
dan biasanya menjelaskan hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara
sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau
peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
3)
Donald Ary dkk (Yatim
Riyanto, 1996: 22)
Penelitian Historis adalah untuk menetapkan
fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan
secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengevaluasi
dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penelitian historis adalah proses pengkajian peristiwa atau
kejadian masa lalu yang dilakukan secara sitematis dan objektif dari serentetan
gabaran masa lalu yang integrative antar manusia, peristiwa, ruang dan waktu.
b. Tujuan
Penelitian Historis
Adapun tujuan
penelitian historis adalah sebagai berikut :
1)
Membuat rekonstruksi masa
lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasikan, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat.
2)
Memahami masa lalu, dan
mencoba memahami masa kini atas dasar peristiwa atau perkembangan di masa
lampau.
3)
Menyadari apa yang terjadi
pada masa lalu sehingga bisa mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa
lampau.
4)
Memahami berbagai aspek
kehidupan masa lalu seperti adat istiadat, kebudayaan, hokum yang berlaku,
struktur masyarakat dan pemerintahan, kehidupan social dan ekonomi, pendidikan
dan lain-lain.
c. Langkah-Langkah
Penelitian Historis
Adapun
langkah-langkah penelitian historis adalah sebagai berikut :
1)
Pemilihan Topik
Sebelum melakukan penelitian historis, langkah pertama yang
harus dilakukan ialah menetapkan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti
haruslah merupakan topik yang layak untuk dijadikan penelitian dan bukan
merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian sebelumnya. Pemilihan
topik ini penting agar penelitian historis lebih terarah
dan terfokus pada masalah yang akan diteliti.
2)
Heuristik
Heuristik berasal dari kata
Yunani, heuriskein,
artinya menemukan. Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan
sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa
atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik/judul
penelitian.
Untuk
melacak sumber tersebut, sejarawan harus dapat mencari di berbagai dokumen baik
melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Sejarawan dapat juga
mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara untuk melengkapi data
sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang
terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak
periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan
budaya) memiliki sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya
klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Dokumen-dokumen yang
berhasil dihimpun merupakan data yang sangat berharga Dokumen dapat menjadi
dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa
lampau.
Menurut
sifatnya, ada dua yaitu sumber primer dan sekunder :
Ø Sumber primer adalah sumber yang dibuat
pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial. Sumber primer
dibuat oleh tangan pertama.
Ø Sumber sekunder adalah sumber
yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibuat oleh
tangan atau pihak kedua. Contohnya,
buku, skripsi, dan tesis.
Jika kita mendapatkan
sumber tertulis, kita akan mendapatkan sumber tertulis sezaman dan setempat
yang memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, serta sumber tertulis tidak
sezaman dan tidak setempat yang memerlukan kejelian para penelitinya. Dari
sumber yang ditemukan itu, sejarawan melakukan penelitian.
Tanpa adanya sumber
sejarah, sejarawan akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak sejarah dalam
kehidupan manusia. Untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku
atau saksi mata suatu kejadian. Narasumber lisan yang hanya mendengar atau
tidak hidup sezaman dengan peristiwa tidak bisa dijadikan narasumber lisan.
3)
Verifikasi
Verifikasi
adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah
memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa
sejarah.
Penilaian
terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut aspek ekstern dan intern.
Ø
Aspek
ekstern mempersoalkan apakah sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan
harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, misalnya,
waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi dokumen.
Ø
Aspek
intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan
informasi yang diperlukan. Dalam hal ini,aspek intern berupa proses analisis
terhadap suatu dokumen.
Aspek ekstern harus
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a)
Apakah
sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas) ?
b)
Apakah
sumber itu asli atau turunan (orisinalitas) ?
c)
Apakah
sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas) ?
Setelah
ada kepastian bahwa sumber itu merupakan sumber yang benar diperlukan dalam
bentuk asli dan masih utuh, maka dilakukan kritik intern. Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa
informasi yang terkandung di dalam sumber itu dapat dipercaya,
dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan
kesaksian-kesaksian berbagai sumber.
Ø
Langkah
pertama dalam penilaian intrinsik adalah menentukan sifat
sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian
sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber
resmi sebab sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak (untuk
kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak
yang disembunyikan, dan objektif.
Ø
Langkah
kedua dalam penialain intrinsik adalah menyoroti penulis
sumber tersebut sebab dia yang memberikan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan
sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, harus
mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus dapat menjelaskan mengapa ia
menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan
karena ia berkepentingan di dalamnya.
Ø
Langkah
ketiga dalam penilaian intrinsik adalah membandingkan
kesaksian dari berbagai sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang
tidak berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi
yang diperoleh objektif.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat
verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah
keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti
sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber-sumber yang terpilih.
4)
Interpretasi
Interpretasi
adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu
kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interpretasi dalam sejarah dapat juga
diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis
terhadap suatu peristiwa. Sejarah sebagai suatu
peristiwa dapat diungkap kembali oleh para sejarawan melalui berbagai sumber,
baik berbentuk data, dokumen perpustakaan, buku, berkunjung ke situs-situs
sejarah atau wawancara, sehingga dapat terkumpul dan mendukung dalam proses
interpretasi. Dengan
demikian, setelah kritik selesai maka langkah berikutnya adalah melakukan
interpretasi atau penafsiran dan analisis terhadap data yang diperoleh dari
berbagai sumber.
Interpretasi
dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan
merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta harus
bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta
yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu
kesatuan yang masuk akal.
Bagi
kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang
objektif, harus dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung
bersifat subjektif. Selain itu, interpretasi
harus bersifat deskriptif sehingga para akademisi
juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka gunakan. Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab
tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus
dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran sejarah.
5)
Histografi
Historiografi
adalah penulisan sejarah. Historiografi merupakan
tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah
sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian,
melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan
fakta hasil penelitian. Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan
kemahiran.
Historiografi
merupakan rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran
tentang perilaku yang baik. Sesudah menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan
atau sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah
sejarah.
Ada tiga bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang
dan waktu :
Ø
Penulisan
sejarah tradisional
Kebanyakan
karya ini kuat dalam hal genealogi, tetapi tidak kuat dalam hal kronologi dan
detail biografis. Tekanannya penggunaan sejarah sebagai bahan pengajaran agama.
Adanya kingship (konsep mengenai raja), pertimbangan kosmologis, &
antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat.
Ø
Penulisan
sejarah kolonial
Penulisan
ini memiliki ciri nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek
politik dan ekonomi serta bersifat institusional.
Ø Penulisan sejarah nasional
Penulisannya
menggunakan metode ilmiah secara terampil dan bertujuan untuk kepentingan
nasionalisme.
d.
Contoh Judul Penelitian
Judul : Penelitian Historis
Keberadaan Budaya Keagamaan Konghucu di Indonesia
Oleh : Buanajaya BS, 2009
2.3 Perbedaan
Penelitian Fenomenologis dan Historis
Penelitian
Fenomenologis
|
Penelitian
Historis
|
Mencari arti
dari pengalaman dalam kehidupan.
|
Meneliti
peristiwa-peristiwa masa lalu
|
Tujuan dari
penelitian ini adalah mencari atau menemukan makna dari hal yang mendasar
dari pengalaman hidup tertentu.
|
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan
obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi, dan mensintesis bukti
untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan dan
dalam hubungan hipotesis tertentu.
|
Penelitian ini dilakukan
dengan wawancara mendalam yang lama dengan partisipan atau dengan observasi
(langsung dan partisipan), penelusuran dokumen.
|
Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah
yang masih ada, atau Sumber sekunder yaitu
sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber
utamanya. Jadi, dibuat oleh tangan atau pihak kedua. Contohnya, buku, skripsi,
dan tesis.
|
Hasil penelitian
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pembaca tentang penghayatan dan
kehidupan orang lain.
|
Hasil penelitian diharapkan dapat memahami
berbagai aspek kehidupan masa lalu seperti adat istiadat, kebudayaan, hokum
yang berlaku, struktur masyarakat dan pemerintahan, kehidupan social dan
ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
|
Menghimpun data
berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian
makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan.
|
Penelitian
periode waktu : kegiatan, peristiwa, karakterisktik, nilai-nilai, kemajuan
bahkan kemunduran dilihat dan dibahas dalam konteks waktu.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Penelitian fenomenolgis merupakan penelitian
kulaitatif yang berupaya menggali dan mengungkapkan makna secara mendalam
pengalaman para subjek yang diteliti.
b. Penelitian
historis adalah proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu yang
dilakukan secara sitematis dan objektif dari serentetan gabaran masa lalu yang
integrative antar manusia, peristiwa, ruang dan waktu.
c. Perbedaan
penelitian fenomenologis dan historis salah satunya adalah dalam hal tujuan
penelitian, tujuan penelitian fenomenologis adalah adalah mencari atau
menemukan makna dari hal yang mendasar dari pengalaman hidup tertentu.
Sedangkan tujuan penelitian historis adalah untuk merekonstruksi masa lalu
secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi, dan
mensintesis bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat
dipertahankan dan dalam hubungan hipotesis tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Nusa. 2013. Penelitian
Kualitatif IPS. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Afdjani, H.
(2010). Makna Iklan Televisi (Studi
Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap Iklan Televisi Minuman “Kuku Bima
Energi” Versi Kolam Susu). 8 (1), 96.
Hasbiansyah, O.
(2008). Pendekatan Fenomenologi : Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi. 9 (1), 171.
http://sejarah10 jt.blogspot.co.id/2012/10/langkah-langkah-penelitian-sejarah.html