BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek
baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Bermakna disini memberikan makna bahwa
pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini :
1. Apa yang di maksud Hakikat Model Pembelajaran Terpadu ?
2. Apa saja Konsep Dasar Model Pembelajaran Terpadu ?
3. Apa jenis-jenis
model pembelajaran terpadu ?
4. Bagaimana Karakteristik Pembelajaran terpadu ?
5. Bagaimana Langkah-langkah Pembelajaran Terpadu ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini :
1. Untuk mengetahui Hakikat Model Pembelajaran Terpadu.
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Model Pembelajaran Terpadu.
3. Untuk mengetahui
jenis-jenis pembelajaran terpadu.
4. Untuk mengetahui Karakteristik Pembelajaran terpadu.
5. Untuk mengetahui Langkah-langkah Pembelajaran Terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7).
Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa setiap model mengarahkan
kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa: Models of teaching are
really models of learning. As we help student acquire information, ideas,
skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also
teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan
model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan
atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan
ide diri sendiri, selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Arends (1997), menyatakan bahwa “The tern teaching model refers to
aparticular approach to instrution that includes its goals, syntax, enviroment,
and management system”. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran.
Arends (2001) menyelesaikan enam model pembelajaran yang sering dan
praktis yang digunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah: presentasi,
pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan
diskusi kelas. Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu, tidak ada
satu model pembelajaran yang lebih baik daripada model pembelajaran lainnya.
Berarti untuk setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang
lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk
meningkatkan hasil blajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model
pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan, seperti materi
pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan
belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Menurut Johnson (dalam Samani, 2000), untuk mengetahui kualitas model
pembelajaran yang harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek
proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan
berfikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai
tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau
kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih
dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
B.
Konsep Dasar Model Pembelajaran
Terpadu
1.
Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu
Secara
umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi: (1)
prinsip penggalian tema, (2) prinsip pengelolaan pembelajaran, (3) prinsip
evaluasi, dan (4) prinsip reaksi.
a.
Prinsip Penggalian Tema
Prinsip
penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran terpadu. Artinya
tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama
dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah
memerhatikan beberapa persyaratan:
1)
Tema hendakya tidak terlalu luas, maksudnya tema yang dipilih untuk
dikaji untuk memadukan banyak mata pelajaran.
2)
Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
3)
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4)
Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
5)
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan pristiwa-pristiwa
otentik yang terjadi didalam rentang waktu
belajar.
6)
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku
serta harapan masyarakat (asas relevansi)
7)
Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.
b.
Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengolaan
pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam
keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Karena itu, menurut prabowo
(2000), bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai
berikut:
1)
Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
2)
Pemberian tanggung-jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
3)
Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama
sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran.
c.
Prinsip Evaluasi
Evaluasi
pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat
diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam
melaksanakan evaluasi dalam pembelajara terpadu, maka diperlukan beberapa
langkah-langkah positif antara lain:
1)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment)
disamping bentuk evaluasi lain.
2)
Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar
yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan atau
kompetensi yang telah disepakati.
d.
Prinsip Reaksi
Dampak
pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru
dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru
harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan
aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna.
Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan
kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak
pengiring.
2.
Pentingnya Pembelajaran Terpadu
Pentingnya
pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada
beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain sebagai berikut :
a.
Dunia anak adalah dunia nyata
b.
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep pristiwa/objek lebih
terorganisir.
c.
Pembelajaran akan lebih bermakna.
d.
Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.
e.
Memperkuat kemampuan yang diperoleh.
C.
Jenis-jenis Model Pembelajaran Terpadu
Adapun jenis-jenis pembelajaran terpadu
diantaranya Resmini dkk, 2006: 66) terdapat sepuluh model sebagai berikut :
1. Fragmented yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran.
2. Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang
secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang
lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keteramilan
yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada
hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari
pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.
3. Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target
utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir
dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap
dan komunikasi.
4. Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik
atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya
satu dengan yang lainnya.
5.
Model shared adalah
model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua
mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau
pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap.
6. Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu.
7. Model Threaded adalah model pembelajaran yang
memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan
inti subyek materi.
8. Model
integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar
bidang studi.
9. Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran dalam satu program studi.
10. Model networked adalah model pembelajaran berupa
kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau
lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya
sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber.
D.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1.
Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran
terpadu dikaitkan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada
dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang
memberikan keleluasan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa
dapat aktif mencari, menggali, menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari
suatu pengetahuan yang harus dikusasainya sesuai dengan perkembangannya.
2.
Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk
semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa, sehingga akan bermakna pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa.
3.
Belajar melalui pengalaman langsung
Siswa
akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan seedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator dan katalisator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan.
4.
Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata
Pada
pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiri (penemuan
terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa,
sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.
5.
Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran
terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau
peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
berkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa
lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (prabowo,
2000: 6)
1.
Tahap Perencanaan
a.
Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Keterampilan yang
Dipadukan.
Karakteristik
mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti contoh
diberikan oleh Fogarty (1991: 28) jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat
dipadukan keterampilan berfikir (thinking skill) dengan keterampilan sosial
(social skill). Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat
dipadukan keterampilan berfikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir
(organizing skill).
b.
Memilih Kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan
Indikator
Langkah
ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing
keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c.
Menentukan Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah
ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap
subketerampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.
Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu,
meliputi: pertama, guru hendaknya
tidak menjadi single actor yang
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pelajar mandiri; Kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok; dan Ketiga, guru perlu akomodatif terhadap
ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam peroses perencanaan
Depdiknas (1996: 6).
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah
pembelajaran. Menurut Muchlas (2002: 7), tidak ada model pembelajaran tunggal
yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Artinya, dalam satu
tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.
3.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan
evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan
Nasional (1996: 6), hendaknya mempehatikan prinsip evaluasi pembelajaran
terpadu. Guru perlu
mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuatan yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran
terpadu antara lain dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi
penghematan waktu, karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus,
tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan, peserta didik
dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep.
B. Saran
Guru diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
wawasan dalam proses pembelajaran serta harus menerima suatu hal yang baru
konseptual teknik, metode dan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan.